Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero) mengusulkan, subsidi harga elpiji sebagai program pengalihan minyak tanah sebesar Rp2.665 per kilogram. Direktur Niaga dan Pemasaran Pertamina Achmad Faisal usai rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Senin mengatakan, besaran subsidi itu merupakan selisih antara harga keekonomian dan harga jual ke konsumen yang dipatok tetap sebesar Rp4.250 per kg. "Usulan itu akan disampaikan ke Kantor Menko Perekenomian," katanya. Menurut dia, dengan harga jual elpiji sebesar Rp4.250 per kg yang berlaku saat ini, Pertamina mengalami kerugian hingga Rp1,9 triliun tahun 2006. "Harga jual elpiji yang berlaku sekarang memang tidak disubsidi, namun nanti kalau program berjalan akan disubsidi agar harga jual tetap Rp4.250 per kg," katanya. Menurut dia, saat ini, harga elpiji di pasar internasional mencapai 505 dolar AS per ton atau hampir Rp7.000 per kg sudah termasuk PPN Rp500 per kg dan biaya distribusi Rp400 per kg. Mengenai investasi tangki penyimpanan, Faisal mengatakan, Pertamina hanya akan menyewa tangki timbun milik swasta, mengingat investasi cukup besar. "Mungkin investasinya sampai di atas Rp5 triliun. Pertamina hanya akan menyewa dengan biaya 29 dolar AS per ton," katanya. Saat ini, kapasitas tangki timbun milik Pertamina di seluruh Indonesia hanya 28 ribu ton yang akan ditingkatkan sampai 200 ribu ton. Faisal juga mengatakan, Pertamina memperkirakan konsumsi BBM bersubsidi tahun 2006 akan mengalami penurunan dari kuota 41,5 juta kiloliter menjadi 41,1 juta kiloliter. Penurunan konsumsi itu merupakan dampak kenaikan harga BBM Oktober 2005, penghematan masyarakat, dan kemungkinan berkurangnya penyelundupan. "Bahkan, kita perkirakan realisasi penjualan BBM bersubsidi bergerak antara 36 juta sampai 39 juta kiloliter," katanya. Menurut dia, pada periode Januari-Maret 2006, realisasi penjualan BBM bersubsidi mencapai 21 persen dari total kuota 41.578.000 kiloliter. Perinciannya, premium 3.933.100 kiloliter, minyak tanah 2.412.677 kiloliter, dan solar 2.448.669 kiloliter, atau total 8.794.446 kiloliter dengan nilai subsidi Rp11,65 triliun. Dengan asumsi itu, total volume penjualan BBM bersubsidi diperkirakan mencapai 41.163.600 kiloliter atau 99 persen dari total kuota 2006.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006