Jakarta (ANTARA) - Dosen Ilmu Pertahanan (Unhan) RI Hasto Kristiyanto mengingatkan pentingnya Indonesia mewujudkan konsep berdiri di atas kaki sendiri atau berdikari sebagaimana yang digaungkan Proklamator sekaligus Presiden Pertama RI Soekarno.

"Bung Karno menyampaikan pidato singkat yang intinya menyatakan, 'Kini tiba saatnya sebagai bangsa untuk berani meletakkan nasib bangsa dan nasib Tanah Air di tangan kita sendiri, hanya bangsa yang berani meletakkan nasib bangsa dan Tanah Air di tangan kita sendiri akan berdiri dengan kuatnya'," kata Hasto dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Hal itu disampaikan saat memberikan paparan dalam webinar daring bertajuk "Wawasan Kebangsaan dan Bela Negara Menyongsong Peringatan Proklamasi Kemerdekaan" yang diikuti ratusan akademisi, Sabtu.

Dia mengatakan Bung Karno dalam mengagas ide berdikari itu sudah menyusun terperinci bagaimana mewujudkan ide tersebut dengan membuat koridor-koridor strategis berdasarkan kedaerahan yang melihat pembangunan ke arah maritim.

Hasto menyampaikan bahwa Indonesia harus kembali kepada paradigma pembangunan sebagai negara kelautan yang dikelilingi pulau-pulau.

Untuk itu, kata dia, para insinyur Indonesia harus menyiapkan pelabuhan-pelabuhan hebat untuk memiliki sistem kontrol yang kuat sehingga Indonesia bisa menguasai jalur perdagangan di Selat Malaka.

Hal tersebut, lanjut dia, sudah dimulai dilakukan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dengan memindahkan ibu kota negara ke Kalimantan Timur yang dinilainya sebagai upaya mengubah cara pandang bangsa Indonesia sebagai bangsa laut.

Baca juga: Hasto: Ambil inspirasi dari perjuangan Bung Karno untuk Pemilu 2024
Baca juga: Sekjen PDIP minta jurkam partai teladani intelektual bung karno


Termasuk, tambah dia, membuat Indonesia terkoneksi dengan dengan sistem global berdasarkan koridor strategis. Misalnya, melakukan percepatan infrastruktur yang membuat Sumatera sebagai pusat perkebunan terhubung.

"Kalau kita melihat peta Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), apa yang bisa kita lihat gambarkan dalam desain masa depan kita, Presiden Jokowi sudah membuat suatu desain masa depan kita," katanya.

Namun, dia mengingatkan setiap koridor strategis perlu didukung pula oleh "city of intelect" yang berpusat di perguruan tinggi sebagai aktor intelektual di dalam mengembangkan daerahnya, misalnya dengan memberikan dukungan melalui riset.

Selain itu, Hasto menilai dengan memindahkan Ibu Kota Negara ke Kalimantan Timur, maka membuat Selat Lombok, Makassar, dan Bitung dapat dijadikan pelabuhan bebas yang sangat potensial bagi Pasifik, sebagaimana cita-cita Bung Karno.

"Sehingga ke depan kita harus melihat laut sebagai jalan masa depan kita, sebagai jalan kejayaan bangsa kita. Kita harus membangun pusat-pusat pertumbuhan pada alur laut kepulauan Indonesia," katanya.

Di sisi lain, Hasto berpendapat bahwa keran impor kedelai Indonesia bisa ditutup apabila benih unggul kedelai yang ditemukan Prof. Ali Zum dari Institut Pertanian Bogor (IPB) ditanam di lahan 1,1 juta hektare.

"Kita impor kedelai Rp50 triliun per tahun. Kenapa kita tidak berdikari? Maka jalan kemajuan Indonesia Raya artinya dengan cara pandang geopolitik, dengan iptek, dengan 'self reliance' yang menjadi spirit 17 Agustus 1945," ucapnya.

Untuk itu, dia mengingatkan Indonesia harus menjadi negara yang berproduksi dan berdaulat, terutama dalam hal pangan dan energi.

"Itu yang harus kita lakukan dan kita menatap ke laut sehingga perencanaan SDM strategis bagi kejayaan Indonesia kita, itu bisa dilakukan ketika melihat koridor-koridor strategis yang menjadikan laut sebagai jalan kemajuan kita. Kita harus mampu menghasilkan ahli kelautan, peternakan, membesarkan benur untuk ekspor ke luar negeri," tuturnya.

Hasto mengingatkan betapa pentingnya mengilhami semangat proklamasi kemerdekaan RI untuk meletakkan nasib bangsa di tangan sendiri dengan cara menguasai riset dan inovasi.

Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
Editor: Herry Soebanto
COPYRIGHT © ANTARA 2023