Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengingatkan pentingnya memahami angka dan fondasi dalam instrumen investasi ketika memutuskan untuk berinvestasi.

“Kalau berinvestasi, jangan hanya lihat mukanya, tapi pahami angka dan fundamentalnya,” kata Sri Mulyani.

Pasalnya, instrumen investasi saat ini tersedia dalam berbagai macam bentuk dan pilihan. Investasi biasanya diiming-imingi dengan kemungkinan mendapat hasil yang cepat, tinggi, dan aman. Padahal, tidak semua investasi bersifat aman.

Terlebih, seiring dengan perkembangan teknologi yang memberikan kemudahan, banyak penawaran investasi bodong yang beredar saat ini.

Menurut Menkeu, investasi yang terlihat sangat menarik justru memiliki kemungkinan lebih besar merupakan investasi bodong.

Meski begitu, Sri Mulyani menambahkan tidak ada jaminan investasi yang terlihat biasa juga merupakan investasi yang aman.

“Jadi, harus semakin waspada,” kata Menkeu pula.

Oleh karena itu, menurutnya, para investor perlu memahami aspek-aspek fundamental dalam investasi.

Menkeu mencontohkan, di pasar keuangan yang berkaitan dengan obligasi pemerintah terdapat Surat Berharga Negara (SBN) yang bisa menjadi pilihan investasi.

Ketika mempertimbangkan untuk berinvestasi pada SBN, Bendahara Negara mengimbau untuk tidak serta-merta membeli, tetapi juga pelajari kondisi kesehatan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).

Setiap bulannya Kementerian Keuangan melaporkan perkembangan APBN yang bisa menjadi acuan calon investor yang ingin berinvestasi di SBN. Sri Mulyani menggarisbawahi investor SBN perlu membuat keputusan setelah memahami kondisi kesehatan APBN.

Hal itu merupakan salah satu contoh perilaku yang dapat membuat investor terbiasa membaca fundamental.

“Sama seperti membeli saham, harga bisa naik atau turun. Tapi, setidaknya Anda tahu apa yang Anda beli,” ujar Sri Mulyani.
Baca juga: Menkeu: Indonesia kelola pembiayaan utang lebih baik pada Juli 2023
Baca juga: Menkeu: Indonesia mampu cetak pertumbuhan ekonomi lampaui ekspektasi


Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Budisantoso Budiman
COPYRIGHT © ANTARA 2023