Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan, menyatakan, Indonesia siap mempertimbangkan pemberian fasilitas Bebas-Tarif, Bebas-Kuota (Duty-Free, Quota Free/DFQF) kepada kelompok negara-negara kurang berkembang (Least Developed Countries/LDCs) anggota WTO. 

Fasilitas DFQF, sebagaimana dinyatakan Kementerian Perdagangan, di Jakarta, Selasa malam, merupakan bagian dari kesepakatan dalam Deklarasi Tingkat Menteri Doha 2001.

Pada Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO 2005 di Hong Kong, para menteri perdagangan sepakat mewajibkan negara maju memberikan fasilitas DFQF mulai 2008 bagi sedikitnya 97 persen produk ekspor LDCs. 

Pemberian fasilitas ini oleh negara berkembang bersifat sukarela dengan cakupan yang fleksibel sesuai kesiapan masing-masing.

Dalam perkembangannya, negara maju dan beberapa negara berkembang memberikan fasilitas DFQF ini lebih didasarkan persentase dari total pos tarif daripada jumlah produk ekspor LDCs. Pada 2012, misalnya, India memberlakukan DFQF sebesar 85 persen dari total pos tarifnya, China sebesar 60 persen, Korea Selatan sebesar 95 persen, dan Taiwan sebesar 32 persen.

Sebagai emerging economy, Indonesia tentu ingin melihat LDCs bisa lebih berperan dalam perdagangan internasional agar dapat keluar dari lingkaran kemiskinan dan krisis politik-keamanan. 

Untuk itu, sesuai kesepakatan KTM Doha 2001 yang dipertegas dalam KTM Hong Kong 2005, dan sejalan dengan semangat G20, Indonesia mempertimbangkan memberikan fasilitas DFQF ini dalam besaran yang masih akan dibahas bersama kementerian terkait.

"Ada sejumlah komoditas yang diimpor dari LDCs karena kita memang perlu dan tidak diproduksi di Indonesia atau suplai nasional tidak pernah mencukupi. Kelompok produk seperti ini tentu dapat dipertimbangkan ke dalam paket DFQF ini," kata Wirjawan.

Pertimbangan ini juga diambil dalam konteks persiapan menuju KTM WTO ke-9 yang akan diselenggarakan di Bali pada Desember 2013. Saat ini negara-negara anggota WTO masih membahas kesepakatan-kesepakatan apa saja yang dapat diselesaikan dalam pertemuan di Bali. 

Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2013