Jakarta (ANTARA News) - Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik Ali Rosidi mengatakan kebijakan moneter belum efektif menekan tingkat harga karena Desember 2008 masih inflasi 0,42 persen.

"Sejauh ini ya kita lihat belum (efektif kebijakan moneter), kalau kita lihat angka yang ini," katanya di Jakarta, Senin, saat menanggapi inflasi pada komponen inti atau barang-barang yang harganya didasarkan pada  pasar dan tidak diatur pemerintah melainkan lebih dipengaruhi kebijakan moneter dan makro ekonomi.

Menurut dia, komponen inti yang masih terjadi inflasi pada Desember 2008 ini menunjukan pasar modal masih meragukan stabiitas moneter yang dinilai terlalu konservatif.

Dia lalu mengimbau Bank Indonesia memberi kelonggaran dengan menurunkan suku bunga acuan BI Rate dari 9,25 persen.

"Kalau BI rigid dengan inflasi inti sebesar 8,29 persen pada Desember 2008, BI Rate 9,25 persen terlalu tinggi," jelasnya.

Penurunan BI rate juga mampu mendukung sekotr riil menggerakan lagi perekonomian nasional pada 2009.

Menurutnya, kebijakan yang efektif menurunkan tekanan inflasi berasal dari kebijakan yang mempunyai dampak langsung ke masyarakat seperti penurunan harga BBM serta kebijakan dari harga barang yang diatur pemerintah.

Hal ini terlihat dari komponen indeks harga konsumen untuk harga barang yang diatur Pemerintah mengalami deflasi 2,15 persen. "Jadi kebijakan pemerintah saat ini cukup efektif untuk menekan inflasi," katanya.

Dari Data BPS, inflasi tahunan atau year on year 2008 mencapai 11,06 persen, sementara Desember saja terjadi deflasi 0,04 persen terutama karena penurunan harga transportasi, konsumsi dan jasa keuangan. (*)

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2009