Kota Bogor (ANTARA) - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta manajemen Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Rumah Sakit Jiwa dr. H. Marzoeki Mahdi (PKJ RSJMM) segera membuat pilot model layanan kesehatan jiwa dari tingkat komunitas, puskesmas, hingga rumah sakit  terintegrasi di wilayah Bogor.

Direktur Utama PKJN RSJMM, Dr. Nova di Kota Bogor, Senin mengatakan instruksi Menkes Budi Gunadi Sadikin adalah berbagai upaya yang memberdayakan komunitas sekaligus memanfaatkan teknologi kesehatan jiwa tentu sejalan dengan tugas PKJN RSJMM sebagai pusat kesehatan jiwa nasional.

Hal itu berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/741/2022 sekaligus koordinator pengampuan pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) RI No HK.01.07/Menkes/1495/2023.

"Ini mimpi kita bersama. Akhirnya, layanan kesehatan jiwa menjadi prioritas layanan kesehatan di Indonesia. Kesempatan ini harus kita maksimalkan dengan tancap gas," kata Nova.

Nova menjelaskan PKJN RSJMM menjadi koordinator nasional untuk memberikan pengampuan pelayanan kesehatan jiwa sehingga tercapai standarisasi minimal layanan kesehatan jiwa dari aspek sumber daya manusia, pelayanan, alat kesehatan, dan sarana prasarana. Target pengampuan harus tercapai 100 persen pada tahun 2027.

Nova mengatakan dirinya dan Tim PKJN RSJMM akan berlari kencang untuk mencapai target tersebut sembari terus meningkatkan kinerja RSJMM.

Baca juga: Moeldoko surati Menkes agar bangun RSJ di enam provinsi

Baca juga: Jumlah cukup banyak, Manokwari butuhkan rumah rehabilitasi ODGJ


"Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menginginkan perubahan layanan kesehatan jiwa yang selama ini merupakan fasilitas layanan kesehatan jiwa berbasis rumah sakit menjadi layanan kesehatan jiwa berbasis komunitas," ujarnya.

Menkes Budi menyampai terkait model layanan kesehatan jiwa berbasis komunitas saat bertemu dengan Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RSJ dr. H. Marzoeki Mahdi (PKJN RSJMM) Bogor Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, Sp.KJ bersama Regional Advisor in Mental Health dari WHO SEARO, Dr. Andrea Bruni, di kediaman Menteri Kesehatan Widya Chandra, Jakarta, Rabu (16/8).

Selain menyoroti penting model layanan berbasis komunitas yang terinspirasi oleh model Trieste di Italia, Menkes Budi meyakini bahwa pendekatan kuratif lebih mahal daripada upaya pencegahan dan promotif.

Dr. Nova bersama tim PKJN RSJMM menyampaikan, pendekatan kesehatan melalui komunitas juga telah dibahas dalam kesepahaman dengan institusi kesehatan di Jepang oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Nota kesepahaman telah dilaksanakan oleh empat institusi kesehatan, yakni national hospital organization kurihama medical & addiction center (WHO Collaborating Centre for Research and Training on Substance Use and Addictive Behaviors), Sawa Hospital, Hiroshima University Hospital, dan National Center for Neurology and Psychiatry.

Kerja sama akan dilaksanakan dalam pengembangan layanan adiksi perilaku, dementia, rehabilitasi psikososial, pendidikan ilmu kedokteran jiwa yang berbasis rumah sakit, dan pemanfaatan teknologi seperti biobank di NCNP untuk precision psychiatry. Di antaranya biomedical and genomic science initiative (BGSI) yang sudah menjadi agenda kerja Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

Adapun jenis pelayanan pisikiatri yang tersedia di PKJN RSJMM antara lain adalah psikiatri anak dan dewasa, psikogeriatri, gangguan cemas dan depresi, consultation liaison psychiatry (CLP), early psychosis, rehabilitasi psikososial, dan lain-lain.

Selain itu ada juga pelayanan bagi orang dengan ketergantungan NAPZA, yang dilengkapi sarana lengkap, seperti ruang khusus detoksifikasi, infeksi, dan rehabilitasi. 

Baca juga: Pemprov Sultra mulai bangun gedung Poliklinik Rumah Sakit Jiwa

Baca juga: PDSKJI: Pemerataan rumah sakit jiwa strata utama rampung 2027
​​​​​​​

Pewarta: Linna Susanti
Editor: Zita Meirina
COPYRIGHT © ANTARA 2023