Jakarta (ANTARA) - Terkoneksi digital saat ini sudah tak lagi dapat dihindari. Semua orang di dunia saat ini rasanya secara mudah dapat terhubung satu sama lain di ruang siber berkat digitalisasi.

Terutama sejak pandemi COVID-19 terjadi pada 2020, konektivitas digital menjadi salah satu pahlawan untuk manusia tetap eksis dan bisa saling menopang meski terbatas secara fisik.

Di balik hal tersebut, ternyata masih ada daerah-daerah yang belum secara optimal terjamah oleh konektivitas digital.

Salah satunya ialah Muyub Ulu, sebuah desa bagian dari Kabupaten Kutai Barat di Provinsi Kalimantan Timur.

Sebagai salah satu desa yang merupakan wilayah penyangga Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, desa itu sebenarnya sudah terkoneksi secara digital namun memang belum optimal.

Akses digital yang saat ini digunakan berasal dari Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (BAKTI Kemenkominfo) dengan teknologi VSAT.

Internet telah membantu masyarakat di desa untuk mendapatkan informasi berita, akses edukasi yang lebih melimpah, hingga digunakan untuk mendukung kegiatan pemerintah daerah di tingkat desa.

"Dengan adanya bantuan BAKTI Kemenkominfo,  kami bisa mengenal dunia luar tanpa harus secara langsung melihat dari Internet ini kami di sekolah bisa mengenal budaya luar selain di desa kami. Kami bisa mengenal budaya di Jakarta, budaya di Bali, terhubung dengan Internet membantu kepentingan belajar kami," kata Rifky, siswa SDN 008 Muyub Ulu.

Hal itu disampaikan Rifky saat BAKTI mengunjungi desanya bersama beberapa perwakilan operator telekomunikasi untuk melihat betapa pentingnya akses internet di desa tersebut bagi masyarakat Muyub Ulu.

Apresiasi kehadiran internet dari BAKTI Kemenkominfo tidak hanya datang dari masyarakat Muyub Ulu tapi juga dari pimpinan daerah Kabupaten Kutai Barat yaitu Wakil Bupati mereka Edyanto Arkan.

Meski kondisi desa Muyub Ulu sulit dijangkau dari segi infrastruktur fisik, pembangunan infrastruktur digital di desa tersebut tetap diupayakan.

Meski begitu, secercah bantuan akses tersebut masih memiliki keterbatasan karena saat ini Internet untuk warga yang ada hanya bisa diakses saat mereka berada di dekat kantor desa.

Edyanto pun mengatakan pemerintah daerah masih membutuhkan dukungan dari para pemangku kepentingan di bidang telekomunikasi untuk bisa meningkatkan keandalan konektivitas digital di wilayahnya tak terkecuali di Desa Muyub Ulu.

“Melihat Kampung Muyub Ulu ini menjadi potret lainnya juga dari desa-desa di Kutai Barat yang kesulitan akses Internet, mudah-mudahan ini bisa diatensi oleh BAKTI dan teman-teman operator telekomunikasi,” kata Edyanto.


Perlu gotong royong
Tampak depan Network Operation Center (NOC) Sendawar, Kalimantan Timur yang dikunjungi oleh BAKTI Kominfo bersama dengan perwakilan penyelenggara telekomunikasi untuk melihat cara kerja dan mengenal potensi pengembangan konektivitas digital, Selasa (15/8/2023). ANTARA/Livia Kristianti


Kolaborasi dalam beberapa tahun terakhir menjadi semangat yang diusung Indonesia dalam berbagai kesempatan.

Karena kolaborasi juga, Indonesia bisa bertahan dan bertumbuh di tengah terpaan pandemi COVID-19.

Konsep kerja kolaborasi ini sebenarnya sudah mengakar bagi masyarakat Indonesia sejak sebelum merdeka, yang akrab dikenal dengan istilah gotong royong.

Tentunya dalam hal penciptaan infrastruktur dan pemerataan akses Internet secara nasional, konsep kerja gotong royong juga tetap bisa efektif dilakukan asal semua pihak mau bersinergi.

Hal ini juga bisa langsung dipraktikkan di Desa Muyub Ulu untuk memenuhi harapan terciptanya konektivitas digital yang makin andal.

Sebenarnya dari segi wilayah layanan telekomunikasi, Desa Muyub Ulu termasuk istimewa.

Desa ini menjadi salah satu daerah yang masuk ke dalam wilayah layanan dari jaringan tulang punggung Palapa Ring Tengah.

Secara lebih spesifik, desa ini dapat terlayani oleh Paket P4 Palapa Ring Tengah dengan rute Sendawar-Long Bangun.

Kapasitas layanan internet yang bisa disalurkan lewat infrastruktur jaringan tulang punggung P4 Palapa Ring Tengah ini pun terbilang besar yaitu 100 Gbps.

Namun sayangnya saat ini jaringan tulang punggung tersebut belum sepenuhnya digunakan dengan optimal karena baru dimanfaatkan oleh dua operator telekomunikasi yaitu PT Telkom dan PT Lintasmaya Network.

Dua penyewa jaringan telekomunikasi tersebut baru memanfaatkan sekitar 10 persen kapasitas maksimal dari jaringan P4 Palapa Ring Tengah yaitu sebesar 12 Gbps.

Tentunya masih ada banyak kapasitas yang bisa diutilisasi agar Internet di wilayah layanan P4 Palapa Ring Tengah bisa lebih optimal.

Berkaca dari hal itu, BAKTI Kemenkominfo terus mengupayakan agar jaringan Palapa Ring Tengah yang turut dikelolanya bisa lebih banyak diutilisasi oleh operator-operator telekomunikasi di Indonesia.

Salah satu caranya ialah dengan mengajak para pelanggannya, yaitu operator-operator telekomunikasi, bisa menyewa kapasitas jaringan P4 Palapa Ring Tengah yang masih belum termanfaatkan.

Selain itu lewat interaksi langsung dengan warga Desa Muyub Ulu yang masih membutuhkan dukungan infrastruktur digital yang lebih optimal, diharapkan para operator telekomunikasi tergerak untuk bergotong royong ikut membangun negeri memeratakan akses Internet.

"Pada dasarnya kami tidak bisa membangun sendirian akses-akses ke daerah terpencil. Kami harap para operator bisa ikut juga masuk ke daerah-daerah ini,” kata Kepala Departemen Sales Operation BAKTI Kemenkominfo Rifa Alfa Rezi.

Apabila akhirnya tercapai maka asa untuk Desa Muyub Ulu semakin terkoneksi digital bukan sekadar angan-angan.

Bahkan bukan tidak mungkin penguatan internet di desa kecil Muyub Ulu bisa jadi awal menambah lebih banyak gerakan gotong royong untuk membangun infrastruktur digital andal di desa-desa lainnya di Indonesia yang tak kalah kualitasnya dengan di kota.

Realisasi dari asa Desa Muyub Ulu juga dapat menjadi bukti bahwa lewat gotong royong, Indonesia bisa mencapai visi transformasi digital dan mewujudkan Indonesia Emas 2045.







 

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Achmad Zaenal M
COPYRIGHT © ANTARA 2023