Kulon Progo (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, memastikan sektor pertanian di wilayah ini tidak terkena dampak El Nino karena persawahan irigasi teknis masih bisa ditanami.

Pelaksana tugas Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo Trenggono Trimulyo di Kulon Progo, Jumat, mengatakan secara umum, persawahan padi irigasi teknis golongan II di Kabupaten Kulon Progo memasuki masa tanam pada Juli-Agustus 2023.

Kemudian, persawahan Golongan I panen palawija berupa jagung dan kedelai.

"Pada puncak El Nino  pada Juli - Agustus 2023, sektor pertanian aman," kata Trenggono.

Baca juga: BPBD: tujuh kecamatan di Bandarlampung terdampak kekeringan

Ia mengatakan sampai dengan saat ini, tidak ada laporan tanaman puso akibat kekeringan, laporan serangan hama penyakit dan penurunan kualitas tanaman juga tidak ada.

Peraturan Bupati tentang Pola dan Tata Tanam sangat menguntungkan petani, karena pada Juli-Agustus 2023 kondisi sawah selesai panen atau menunggu MT I yang akan tanam serentak pada September 2023.

Luas tanaman padi pada Agustus 2023 mencapai 27 hektare, di irigasi kecil di Kecamatan/Kapanewon Samigaluh, Kalibawang, Nanggulan dan bulan September seluas 2.798 hektare.

Selanjutnya, panen padi pada Juli dan Agustus seluas 5.218 hektare atau berkisar 34.067 ton GKP setara 21.374 ton beras. Pada panen padi MT II Tahun 2023, gabah tidak banyak dijual oleh petani, karena akan memasuki masa tidak ada panen padi.

"Panen tercepat di bulan Desember 2023," katanya.

Harga komoditas pertanian, pada Juli - Agustus 2023 relatif masih stabil. Harga rata-rata gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen berkisar Rp5.500 - Rp5.700, dan GKG Rp6.600 - Rp7.000.

"Harga beras medium antara Rp10.700 - Rp11.000 per kilogram," katanya.

Baca juga: Delapan desa di Karawang dilanda krisis air bersih akibat kemarau

El Nino adalah sebuah fenomena cuaca yang terjadi akibat peningkatan suhu permukaan air di Samudra Pasifik Tengah dan Timur yang menjadi lebih hangat dari biasanya.

Fenomena alami ini menyebabkan perubahan pola cuaca global, yang berdampak signifikan pada iklim di berbagai wilayah di dunia, termasuk di Indonesia, yang puncaknya diperkirakan pada Juli sampai Agustus 2023.

Pewarta: Sutarmi
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2023