Milan (ANTARA News) - Massimiliano Allegri tiada henti menghadapi gerbong kritik ketika AC Milan mengarungi musim kompetisi Liga Utama Italia (Serie A) di bawah kepemimpinan Silvio Berlusconi.

Direktur sepak bola AC Milan, Adriano Galliani terus menerima luapan suara negatif dari publik. Allegri dihujat habis-habisan. Dan kini dari enam laga tersisa musim ini, Milan berada di peringkat ketiga, terpaut empat poin dari Napoli.

Manakala menapak 2013, AC Milan membetot predikat sebagai satu-satunya tim di Serie A yang belum pernah mengenyam kekalahan, dengan sembilan kemenangan dan lima kali hasil imbang, sebagaimana dikutip dari situs whoscored.

Dengan situasi seperti itu, apakah Milan bakal menuai hasil positif di musim ini berbekal taktik yang diterapkan Allegri? Apakah ia memang tidak punya pengalaman dan taktik yang mumpuni untuk menangani tim sekelas Milan? Apakah kemampuan pelatih kelahiran Livorno itu memang semenjana saja?

Allegri menangani Milan selama dua setengah tahun, dengan memenangi Scudetto di musim pertama di Milan. Nah, pelatih yang digantikan Allegri, yakni Carlo Ancelotti  telah membangun dan menuai sukses di ladang sepak bola Eropa. Ia meraih satu gelar di ajang Serie A dalam delapan tahun menangani "I Rossoneri".

Jika menilik taktik yang diterapkan oleh Allegri musim ini, publik bola kerap ingat dengan kebijakan pelatih itu memercayakan kepada skuad muda. Allegri memulai musim dengan aksi "bersih-bersih".

Milan yang dihuni "gerbong tua", dengan komposisi pemain seperti  Gennaro Gattuso, Clarence Seedorf dan Alessandro Nesta berangsur tergusur oleh kehadiran sejumlah naman anyar di blantika sepak bola Italia. Bahkan Zlatan Ibrahimovic dan Thiago Silva dijual dengan alasan keuangan. Di sini Allegri paham bahwa hanya dengan mengandalkan pasukan muda di lini depan maka Milan dapat tampil lebih beringas dan trengginas.

"Kami sudah berada di rel yang benar dengan fokus kepada para pemain muda. Kami membangun skuad Milan yang baru. Upaya ini tentu memerlukan waktu dan pengorbanan. Jika memang tahun 2012 tidak menghasilkan hasil positif, maka saya harus puas, sama halnya ketika saya puas manakala tim asuhan saya beroleh kemenangan. Saya akan tetap tenang dan tidak cemas," kata Allegri dalam sebuah wawancara pada 31 Desember 2012.

Tuah Allegri bukan jauh api dari panggang. Para pemain seperti Stephan El Shaarawy, Mattia De Sciglio dan M’Baye Niang disebut-sebut telah merevolusi penampilan Milan.

Penampilan El Sharaawy dari hari ke hari menjanjikan sebuah kebangkitan. Pemain berusia 20 tahun ini telah mengoleksi 19 gol musim ini, 16 gol di antaranya dicetak di ajang liga. Sedangkan penampilan De Sciglio yang juga berumur 20 tahun terbilang fenomenal. Ini bukti bahwa Allegri mampu membina dan membesarkan para pemain muda bertalenta.

Niang dalam wawancara dengan channel Milan, mengatakan, "Allegri? Ia sudah seperti ayah saya. Ia memberi nasehat berguna dan menyemangati saya agar terus bekerja keras." Sementara, De Sciglio kepada televisi Italia menyatakan, "Saya harus berterimakasih kepada Allegri terhadap apa yang selama ini telah ia berikan...."

Dari sisi cara Allegri membangun taktik, ia memulai musim ini dengan formasi 4-3-1-2. Formasi ini banyak kali diterapkan musim lalu dan Allegri menuai berbagai kritik, salah satunya taktik itu jauh dari fleksibel dan tidak mampu beradaptasi dengan situasi laga yang berbeda.

Allegri menurunkan Kevin-Prince Boateng untuk memainkan peran dalam "trequartista", sementara  El Shaarawy dan De Sciglio bertengger di "starting lineup". Giampaolo Pazzini dan Nigel De Jong menunjukkan penampilan yang terus mengkilap untuk masuk dalam jajaran "the starting eleven".

Allegri kemudian mengubah taktik dengan menerapkan formasi 4-3-3, bertentangan dengan formasi tahun sebelumnya. Milan punya sejumlah pemain yang mampu memainkan langgam bertahan.

Ujung-ujungnya, ia kemudian beralih ke formasi 4-5-1 yang lebih bertahan. Sistem ini memerlukan dukungan pemain muda (El Shaarawy dan Boateng atau Niang) yang lebih memerlukan dukungan stamina, disiplin dan kesungguhan untuk menyerang dan bertahan.

Menurut pengakuan Allegri, berbekal formasi 4-3-3, Milan mampu mencetak tiga gol, dua di antaranya dari titik penalti, dalam enam laga Serie A. Selain itu, mereka juga mampu menjalakan 39 gol dengan bermodal formasi itu. Rata-rata gol yang mereka cetak 1,86 gol dalam setiap pertandingan.

Kritik terhadap Allegri berdatangan lantaran Milan gagal di ajang Eropa. Di bawah Allegri, Milan tersingkir di babak kedua dan hanya sekali lolos ke babak perempat-final Liga Champions.

Tentu hasil kerja Allegri tidak bisa dibanding-bandingkan dari satu musim ke musim lain. Memang skuad Milan pernah terberkati dengan kehadiran para pemain bintang seperti Ibrahimovic, Seedorf dan Nesta.

Soalnya satu  saja, Milan di musim ini tidak tampil dengan gaya sepak bola yang indah, karena Allegri memformulasikan strateginya untuk menang.

Milan di bawah Allegri, melakukan upaya investasi waktu untuk proyek masa depan. Dukungan para pemain muda tidak bisa diharapkan menghasilkan buah yang cepat. Allegri bukan tipe pelatih yang suka dengan hasil instan, karena yang ia hadapi tantangan di liga domestik dan kejayaan di Eropa tentunya.  

Pewarta: AA Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2013