Jakarta (ANTARA News) - Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menjanjikan dalam lima tahun teakhir, konsumen semakin sulit dipuaskan, semakin sulit untuk loyal terhadap suatu merek, dan posisi tawar mereka makin tinggi.

"Para pelaku bisnis yang menawarkan berbagai barang dan jasa dituntut untuk semakin pro konsumen," kata Presiden Asosiasi Pemasaran Indonesia (IMA) 2013-2015, Muhammad Awaluddin, di Jakarta, Kamis.

Lebih jauh lagi, kata dia, dengan dukungan berbagai pijakan media sosial maka membuat kekuatan kolektif konsumen semakin tidak dapat diabaikan. Dia nyatakan itu terkait Hari Konsumen Nasional (HKN), yang akan diperingati pada Sabtu besok (20/4), yang dicanangkan Kementerian Perdagangan.

"Produsen tidak bisa lagi mengabaikan hak-hak konsumen, apalagi membohongi konsumen. Para pelaku bisnis bahkan sudah harus melangkah lebih jauh lagi dari sekadar berbasis konsumen, yaitu melihat pasar secara lebih holistik yang harus diterapkan secara konsisten pula," kata dia.

Awaluddin menjelaskan, IMA berpandangan sangat sejalan dengan HKN 2013, yang antara lain bertujuan mencerdaskan konsumen serta mendorong penerapan etika para pelaku bisnis. HKN 2013 diharapkan menjadi momentum dan mendorong IMA menjadi pelopor Gerakan Konsumen Cerdas.

Dia mengatakan, sudah saatnya hubungan konsumen dan penyedia produk menjadi lebih horisontal. Konsumen bukan lagi sekadar obyek. 

"Karena itu, pendekatan komunikasi tidak bisa lagi searah namun harus dua arah sehingga tecipta suatu dialog melalui berbagai pijakan komunikasi pemasaran," kata dia.

IMA juga mengajak seluruh perusahaan saling menghormati para pesaingnya dalam kompetisi sehat; pada sisi lain mengajak seluruh perusahaan semakin mencintai para konsumen yang dilayaninya. 

IMA percaya pendekatan seperti inilah yang pada akhirnya dapat semakin meningkatkan daya saing perusahaan- perusahaan Indonesia di tingkat global.

Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2013