Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Aslim Tadjuddin, menyatakan bahwa kebijakan Bank Sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunganya bukan merupakan langkah yang mengejutkan, sehingga tidak akan berdampak banyak terhadap kondisi ekonomi. "Fed menaikkan bunganya kan sesuai dengan perkiraan pasar. Dan yang penting dari situ adalah signal yang dibaca pasar bahwa Fed akan mulai menghentikan langkah yang tight money policy," kata Aslim di Gedung BI Jakarta, Jumat. Ia menyebutkan pasar sudah memperkirakan kenaikan suku bunga itu dan ada sinyal bahwa mereka akan melihat perkembangan ekonomi dan tingkat inflasi AS yang diperkirakan tidak memungkinkan adanya kenaikan kembali suku bunga setelah itu. "Pasar membaca sinyal bahwa mereka akan berhenti di situ. Ini yang menyebabkan ada ketenangan di pasar global. Harapan kita dengan adanya sinyal seperti ini, maka gejolak di pasar tidak seperti yang lalu-lalu lagi terutama pada Mei lalu," katanya. Mengenai pengaruhnya terhadap nilai tukar Rupiah, Aslim mengemukakan nilai tukar rupiah diharapkan stabil, karena adanya upaya menahan tingkat inflasi sesuai dengan target dan adanya upaya meningkatkan ekspor. "Kalau kita bisa menahan tingkat inflasi sesuai target yang ditetapkan, dan tetap meningkatkan target ekspor, maka peluang rupiah menguat akan semakin terbuka," katanya. Ketika ditanya apakah kebijakan Fed tidak menahan BI untuk menurunkan tingkat bunga BI Rate yang saat ini 12,50 persen, Aslim menjelaskan Dewan Gubernur BI akan membahas berbagai masalah, termasuk perkembangan terakhir, pada Kamis pekan depan (6/7). "Akan dievaluasi semua perkembangan kita hingga saat ini, bagaimana outlook ke depan, dengan melihat perkembangan ekonomi, inflasi, neraca pembayaran, dan lainnya. Di situ akan ditentukan kebijakan kita ke depan," katanya. Sebelumnya, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin dari 5,00 persen menjadi 5,25 persen. Kenaikan tersebut membawa suku bunga The Fed naik ke level tertinggi sejak Maret 2001 melalui kenaikan bunga ke-17 kalinya berturut-turut untuk mencegah inflasi. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006