Jakarta (ANTARA) - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan penyelenggaraan ASEAN Investment Forum (AIF) 2023 untuk membangun kolaborasi investasi yang inklusif.

Bahlil menyatakan AIF 2023 tersebut merupakan tindak lanjut dari pembahasan pada Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Minister/AEM) 2023 di Semarang, Agustus 2023.

"Kami berdiskusi ini dalam rangka menindaklanjuti apa yang menjadi fokus kami pada saat pembahasan di forum-forum tingkat menteri kemarin di Semarang, khususnya tentang bagaimana membangun kolaborasi investasi yang inklusif terkait dengan FDI (foreign direct investment) yang masuk ke ASEAN dan yang masuk ASEAN ini. Untuk dunia, ASEAN (penerima FDI) nomor dua terbesar," ungkap Bahlil usai menjadi pembicara kunci di AIF 2023 bertajuk investments for Sustainable Development di Jakarta, Sabtu.

AIF 2023 merupakan kegiatan sampingan dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN.

Namun, lanjut dia, dikarenakan pemerataan dari investasi tersebut belum merata maka melalui AIF 2023 diharapkan ada kebijakan-kebijakan agar pembangunan berkelanjutan di ASEAN lebih merata.

Salah satu di antaranya memberikan keleluasaan kepada masing-masing negara untuk merumuskan langkah strategis apa yang akan dipakai berdasarkan keunggulan komparatif dari masing-masing negara tersebut.

"Apalagi kita tahu semua bahwa ASEAN penerima FDI terbesar kedua di dunia, (namun) 60 persennya itu hanya dikuasai oleh 1 persen penduduk ASEAN dan menurut saya ini bertentangan dengan apa yang menjadi filosofi dasar lahirnya ASEAN karena ASEAN itu kan untuk kesejahteraan, dan kerja sama yang saling menguntungkan," kata dia.

Selain itu, ia juga menegaskan bahwa keberadaan ASEAN tidak boleh dimanfaatkan oleh suatu negara tertentu, termasuk Indonesia baik dalam konteks perdagangan maupun investasi.

"Saya sampaikan bahwa ASEAN tidak boleh dimanfaatkan oleh satu negara tertentu sekalipun termasuk Indonesia. Sekalipun 43 persen populasi penduduk ASEAN itu Indonesia tetapi tidak boleh keberadaan ASEAN itu dimanfaatkan satu negara, harus untuk semua negara, baik dalam konteks trade maupun investment," katanya.

Sebelumnya, Bahlil mengungkapkan rata-rata pertumbuhan ekonomi negara ASEAN pada 2022 mencapai 5,6 persen.

"Tidak termasuk saudara bungsu kami Timor Leste, sedangkan dalam satu dekade terakhir rata-rata pertumbuhan ekonomi tahunan negara ASEAN mencapai 3,98 persen di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi global sebesar 2,6 persen, tahun 2022 total PDB ASEAN mencapai 3,9 triliun dolar AS naik lebih dari lima kali lipat dalam 20 tahun terakhir," ungkap Bahlil.

Menurut dia, salah satu kunci dari pertumbuhan ekonomi ASEAN yang begitu pesat adalah investasi. "Dan investasi menurut saya adalah salah satu kunci untuk mendorong ke arah yang sejahtera," lanjut Bahlil.

Meskipun FDI secara global mengalami penurunan di 2022 sebesar 12 persen, kata dia, namun FDI di ASEAN justru meningkat sebesar 5 persen sehingga mencapai sebesar 224,2 miliar dolar AS.

"Hal ini terjadi dan tertinggi sepanjang sejarah ASEAN. Dengan angka tersebut, ASEAN menjadi penerima FDI terbesar kedua di dunia," ucap Bahlil.

Baca juga: Bahlil: investasi energi terbarukan di ASEAN meningkat 240 persen

Baca juga: Bahlil sebut investasi bukan hanya soal angka tetapi wujudkan SDGs

 

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Ahmad Buchori
COPYRIGHT © ANTARA 2023