Jakarta (ANTARA) - Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD)  di Jakarta Barat selama Januari hingga Agustus 2023 mengalami fluktuasi, namun cenderung menurun.

"Selama tahun 2023, (kasus) DBD cenderung menurun," ungkap Kepala Suku Dinas (Sudin) Kesehatan Jakarta Barat, Erizon Safari saat dihubungi wartawan di Jakarta pada Selasa.

Erizon melaporkan fluktuasi perkembangan kasus DBD yang menurun selama tahun 2023, yakni dari Januari sampai  Agustus lalu.

"Pada bulan Januari ada 132 kasus, Februari 94 kasus, Maret 105 kasus, April 125 kasus, Mei 95 kasus, Juni 80 kasus, Juli 66 kasus dan Agustus 39 kasus," ungkap Erizon.

Untuk rincian kasus di setiap kecamatan, Kembangan mencatat 135 kasus, Cengkareng (238), Tambora (76), Taman Sari (33), Kalideres (112), Palmerah (51), Kebon Jeruk (81) dan Grogol Petamburan 45 kasus.

Baca juga: Kasus DBD di DKI Jakarta masih terkendali

Erizon menyebutkan, data kasus DBD tersebut direkapitulasi dari Puskesmas, RSUD dan rumah sakit-rumah sakitnya lainnya.

"Dari Sudinkes, berdasar laporan surveilans kasus di Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan RS lainnya," ungkap Erizon.

Terkait pencegahan DBD, Erizon menyebutkan,
 imbauannya tetap sama seperti sebelumnya, yakni menerapkan "3M" yang meliputi 
menguras, menutup bak mandi dan mengubur barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.

Sebelumnya, Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Sudinkes Jakarta Barat (Jakbar), dr Arum Ambarsari menyebutkan penerapan "3M" sudah sering disampaikan 
kepada masyarakat.

"Tetapi meskipun kasus DBD cenderung menurun selama tahun 2023, 3M harus tetap diterapkan," ungkap dia.

Baca juga: Anggota DPRD DKI minta pemprov antisipasi lonjakan kasus DBD

Selain itu, Ambarsari juga menyarankan penaburan larvasida di tempat-tempat yang berpotensi menghidupi jentik-jentik nyamuk.

"Lalu ada larvasida juga, khususnya untuk tempat-tempat yang kita susah kita kuras, kita taburkan larvasida, supaya jentik nyamuk di situ tidak bisa hidup," katanya.

Kalau sudah ada DBD di suatu wilayah, baru dilakukan fogging (pengasapan) di wilayah tersebut.

Ia mengatakan, fogging tidak bisa sering dilakukan karena bisa menyebabkan resisten pada nyamuk.

"Mahkluk hidup itu kan beradaptasi. Jadi kalau disemprot (fogging) terus, dia bisa resisten atau kebal. Makanya diutamakan upaya pencegahan, yakni 3M atau PSN. Jaga kebersihan! Itu tetap yang utama," ungkap dia.

Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Sri Muryono
COPYRIGHT © ANTARA 2023