Mataram (ANTARA) - Kepala Dinas Perdagangan Nusa Tenggara Barat, Baiq Nelly Yuniarti mengatakan stok beras di wilayah itu masih dalam keadaan aman meski terjadi kenaikan harga beras di pasaran.

"Yang kita khawatirkan sekarang kondisi beras yang lagi naik, karena masyarakat kita konsumsi utamanya beras, tapi meski harga naik menurut Bulog stok kita masih aman," ujarnya di Mataram, Senin.

Ia mengungkapkan ada tiga pemicu kenaikan harga beras di pasaran. Di antaranya pertama kondisi cuaca akibat dampak El Nino, sehingga berpengaruh terhadap masa tanam.

Kedua adanya kebijakan luar negeri India yang menahan ekspor beras nya.

"Tapi India ini lagi menahan juga untuk kebutuhan mereka sendiri, sedangkan impor beras kita berasal dari India untuk menstabilkan harga," terang Nelly.

Selanjutnya, pemicu kenaikan beras ini karena NTB sebagai daerah penghasil dan surplus beras, kemudian menyuplai beras di sembilan provinsi di Indonesia.

"Jadi beras kita ini mendukung untuk provinsi lain. Nah itu yang membuat harga beras menjadi sedikit naik," katanya.

Menurut dia, untuk mengatasi kondisi ini perlu dilakukan operasi pasar. Hanya saja operasi pasar ini juga tidak bisa dilakukan secara menerus karena untuk menjaga kondisi stok beras.

"Untuk mengeluarkan stoknya, Bulog masih perlu mengecek lagi karena sama-sama kita ketahui bersama pada saat panen raya awal tahun Bulog juga tidak mampu menyerap sampai 100 persen gabah petani karena petani lebih memilih menjual di luar NTB," ujar Nelly.

Meski demikian, Nelly tidak menampik kendala yang dihadapi dalam menstabilkan harga beras saat ini karena banyak gabah yang dikirim ke keluar daerah, mengingat harganya yang jauh lebih baik sehingga petani lebih memilih menjual berasnya ke luar.

"Kita maklumi bersama kalau petani lebih memilih menjual ke luar. Karena harga beras kalau di jual keluar lebih bagus," ucapnya.

Nelly mengatakan saat ini harga beras premium di pasaran di kisaran Rp13 ribu hingga Rp14 ribu per kilogram. Sedangkan harga beras medium dari Bulog dijual di kisaran harga Rp10 ribu.

Oleh karena itu, untuk menekan harga beras tersebut selain operasi pasar, pihaknya berharap perlunya pengendalian harga gabah.

"Dari awal gabah ini harus kita kendalikan. Beras boleh keluar tapi gabah jangan dulu. Artinya stok pangan kita jaga dulu tidak boleh penjualan ke luar," katanya.

Senada dengan itu, Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB, Pathul Gani mengakui persediaan beras masih aman.

"Untuk stok pangan, terutama beras itu kita masih aman," ujarnya.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB optimis mampu memenuhi target produksi padi sebanyak 1,35 juta ton gabah kering giling (GKG) pada 2023.

"Kami optimistis produksi beras 1,35 juta ton GKG di tahun ini bisa tercapai. Target ini meningkat dari 2022 sebanyak 1,2 juta ton, sehingga kalau jadi beras 1,35 juta ton sama artinya 923 ribu ton, sehingga kita ada surplus 300 ribu ton," kata Pathul Gani.

Untuk memenuhi target 1,35 juta ton GKG, pihaknya bersama kabupaten dan kota di NTB, yakni mengoptimalkan penanaman padi di lahan-lahan yang sudah ada, khususnya di lahan persawahan yang jaringan airnya lancar, baik jaringan primer, sekunder dan tersier tetap lancar.

"Inilah yang kita optimalkan. Kalau strategi ini kita pakai maka kita bisa mengamankan air dari hulu dengan cara mengairi air ke sawah-sawah yang disiapkan untuk mempercepat proses tanam, sehingga dari yang bisa tanam satu kali padi bisa menjadi dua kali, dua kali menjadi tiga kali dari yang tiga kali bisa menjadi empat kali tanam," katanya.

Baca juga: Pemprov NTB memastikan stok pangan terjaga 

Baca juga: Stok beras Bulog NTB berpotensi turun kualitas

Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Ahmad Buchori
COPYRIGHT © ANTARA 2023