Makassar (ANTARA News) - Hasil penyidikan sementara terhadap kasus ledakan bom rakitan di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, pada Minggu (2/7) yang menewaskan seorang bocah Jufrianto (13), hingga saat ini belum menunjukkan indikasi yang mengarah pada aksi terorisme. "Kami belum menemukan indikasi yang mengarah pada aksi terorisme, apalagi lokasi peristiwa di sebuah perkampungan yang letaknya sangat jauh dari pusat keramaian," jelas Kapolres Jeneponto, AKBP Iwan Prasedjo, saat dikonfirmasi di Makassar, Senin. Menurut Iwan, aksi terorisme biasanya terjadi di pusat keramaian dan menelan banyak korban, sementara ledakan bom di Kabupaten Jeneponto ini terjadi di sebuah perkampungan dan di dalam kebun ubi. Dia juga menampik bahwa kasus bom dengan daya ledak lemah (low explosive) ini bertujuan untuk menganggu ketentraman masyarakat Jeneponto. "Peristiwa ledakan bom ini merupakan kasus pertama yang terjadi di "Bumi Turatea" ini," ujarnya, seraya menambahkan bahwa pihaknya sudah memeriksa sejumlah saksi. Jumlah saksi yang diperiksa sudah sekitar 10 orang, namun belum ada di antara mereka yang mengarah sebagai tersangka, tetapi tidak tertutup kemungkinan salah satu di antara mereka jadi tersangka karena diduga kuat terlibat dalam pembuatan bom rakitan. Dari hasil identifikasi dan pengumpulan data, tim Gegana Polda Sulsel menemukan sebuah lobang berdiameter 30 cm di lokasi ledakan. Tim juga menemukan sisa kabel dan bekas kaleng Gatsby di TKP. Bom rakitan ini meledak di kebun ubi di Dusun Bonto Jannang, Desa Kaluku, Kecamatan Batang, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, sekitar pukul 08.30 Wita dan mengakibatkan seorang murid yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar tewas seketika dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Bahan peledak diduga merupakan bahan yang biasa dipakai untuk membom ikan di laut. Hingga saat ini pihak kepolisian belum mengetahui persis siapa pemilik bahan peledak tersebut, namun menurut saksi mata, sebelum peristiwa terjadi, ada beberapa orang mondar-mandir di sekitar TKP dengan menggunakan sepeda motor dan sepeda biasa. Ada pula informasi yang diperoleh ANTARA dari Jeneponto yang menyebutkan bahwa seseorang telah memberikan sebuah benda terbungkus kantong plastik warna hitam dan uang kepada korban Jufrianto beberapa saat sebelum ledakan yang mencabik-cabik tubuh korban. Belum ada konfirmasi mengenai hal ini dari pihak kepolisian. Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Djoko Subroto, baru,akan memberikan keterangan pers mengenai kasus ini di Mapolda,Sulsel, Senin petang, seusai otopsi jenazah korban. Saat berita ini diturunkan, jenazah Jufrianto, murid SD yang biasa menggembalakan ternak kuda itu sedang diotopsi di RS Bhayangkara Makassar dan kemudian akan dikembalikan kepada orang tuanya di Jeneponto guna dikebumikan hari ini juga. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006