Jakarta (ANTARA News) - Penggunaan produk dalam negeri dapat meningkatkan kinerja industri yang pada akhir tahun 2012 mengalami pertumbuhan 6,40 persen atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi sebesar 6,23 persen.

"Kita patut bersyukur atas pencapaian ini. Pertumbuhan positif pada sektor industri terjadi di tengah-tengah lesunya perekonomian dunia terutama yang terjadi di Amerika dan Eropa," kata Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur (BIM) Kemenperin, Panggah Susanto, dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, di Jakarta, Rabu.

Menurut Panggah, salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh Indonesia saat ini adalah tingginya serbuan barang-barang impor sebagai dampak dari implementasi berbagai perjanjian perdagangan bebas atau Free Trade Agreement (FTA) di tengah semangat penguatan daya saing industri dan pengamanan pasar produk dalam negeri.

"Optimisme kebangkitan industri dalam negeri harus diiringi upaya-upaya yang secara signifikan mampu mendorong meningkatnya volume penggunaan produk dalam negeri," kata dia.

Pemerintah, lanjutnya, telah melakukan upaya melalui penerapan regulasi dan program stimulan seperti kampanye program cinta produk dalam negeri pada setiap lini kegiatan perekonomian. Ia mengungkapkan belanja pemerintah melalui APBN/APBD juga menjadi sasaran peningkatan penggunaan produk dalam negeri.

"Dengan potensi belanja modal APBN tahun 2013 sebesar Rp 213 triliun dan Capex (Capital Expenditure) BUMN di atas Rp 1.000 triliun, dapat kita bayangkan betapa besarnya efek pergerakan ekonomi yang tercipta jika pengadaan barang/jasa yang dibiayai oleh APBN/APBD mengutamakan produk-produk industri dalam negeri," ujarnya.

Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © ANTARA 2013