Serang, (ANTARA News) - Madrani, seorang petambak ikan di sekitar Pantai Domas, Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang, Banten, terpaksa menanam pohon bakau sendiri di sekitar pantai tersebut guna menahan ombak laut agar tidak terjadi abrasi (pengikisan tanah) yang saat ini kondisinya sangat memprihatinkan. "Selama tiga tahun lahan untuk tambak milik saya hilang sekitar tiga hektar. Kondisi ini tidak bisa dibiarkan, sehingga saya ambil inisiatif menanam pohon bakau yang mulai ditanam tiga setengah tahun lalu," kata Madrani di Serang, Minggu (2/7). Sebelum Tahun 2003, Madrani menggarap tambak sekitar 13 Hektar, tapi kini tinggal sekitar 10 hektar lagi. "Saya takut, tambak tergerus oleh air laut sampai habis," katanya. Madrani menanam sekitar 10.000 pohon. Dia cari sampai ke daerah teluk, sekitar 10 KM dari tempatnya usaha, selain itu dia juga mengeluarkan sejumlah biaya dan waktu untuk mengurusnya. "Saya beli bibit pohonnya saja, Rp200 perbatang," kata dia. Bukan hanya Madrani, petambak-petambak yang lain juga menanam sendiri lahan tambaknya, menghadang terjangan abrasi, dengan menggunakan dana sendiri, tanpa ada bantuan dari pemerintah setempat. Madrani masih bisa disebut orang yang beruntung karena lahan yang tersisanya masih lebih banyak daripada yang digerus abrasi. Lain lagi cerita H. Samawi, gelar `Presiden Tambaknya` dari masyarakat lepas melayang, karena abrasi pantai. "Saking banyaknya tambak yang dimiliki, dia dijuluki Presiden, sekarang habis oleh abrasi, ya nggak disebut Presiden lagi," kata Fatuloh, salah seorang petambak yang tahu betapa luasnya lahan yang dimiliki oleh H. Samawi. Sementara itu, Dodi Pontirta, pengurus Forum Ukhuwah Pemuda Pontang Tirtayasa dan Tanara, mempertanyakan program pemerintah tentang penanaman pohon bakau. Ia melihat penanaman bakau yang dilakukan oleh pemerintah lebih pada pelaksanaan proyek saja karena buktinya tidak ada.(*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006