Kuala Lumpur (ANTARA News) - Sebuah kapal barang Jepang yang baru saja meninggalkan Aceh, Selasa pagi diserang oleh bajak laut di selat Malaka, menjadikan kapal ketiga yang diserang perompak dalam tiga hari terakhir ini. Noel Choong, kepala Biro Perompak Maritim Internasional melaporkan seorang awak kapal berbobot 26.989 ton itu memberitahukan adanya perahu-motor berukuran panjang 10 meter sedang mendekati kapal tersebut ketika baru saja meninggalkan Aceh. "Petugas kemudian membunyikan alarm dan semua awak kapal berkumpul. Mereka menggunakan pipa pemadam kebakaran bertekanan tinggi dan memfokuskan lampu sorot kepada perahu-motor bajak laut itu untuk menakuti-takuti mereka agar menyingkir. Namun bajak laut tersebut, diduga dilengkapi senjata api, masih merangsek mereka selama kira-kira lima menit sebelum menjauh," katanya kepada Kyodo. Choong mengatakan, insiden itu terjadi sekitar pukul 04:00 waktu setempat. Tidak ada rincian tentang perompak itu segera diperoleh. Pada Minggu, dua kapak carter PBB juga diserang di tempat yang sama. Kedua kapal berbendera Indonesia yang disewa oleh organisasi bantuan pangan internasional PBB, Program Pangan Dunia, itu membawa bahan-bahan konstruksi untuk pembangunan kembali bangunan-bangunan yang hancur akibat tsunami di Aceh. Choong mengatakan, kapal pertama bertolak dari Belawan di Sumatra menuju Lhokseumawe di Aceh ketika perompak itu menyerang sekitar pukul 09:45 waktu setempat hari Minggu. Kapal kedua juga bertolak dari Belawan tetapi untuk tujuan ke Calang, diserang sekitar tengah malam pada hari yang sama. Para perompak itu merampas uang tunai dan barang-barang berharga lainnya dari awak kapal kedua itu. Choong mengatakan, tak seorangpun awak kapal berkebangsaan Indonesia cedera. Serangan-serangan itu datang setelah mereka berharap bahwa negara-negara seperti Malaysia, Indonesia dan Singapura melakukan koordinasi patroli bersama di Selat Malaka. Sejak dilakukan koordinasi patroli bersama sejak Juli 2004, di sana hanya terjadi 12 kasus perompakan yang dilaporkan pada tahun lalu, dibanding 38 kasus pembajakan pada tahun 2004. Selat yang luasnya 900 kilometer antara pulau Sumatera, Indonesia, Semenanjung Malaysia dan Singapura itu merupakan salah satu perairan tersibuk di dunia, dengan menampung lebih dari 50.000 kapal setiap tahunnya.(*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2006