Jakarta (ANTARA News) - Penerbit mengalami kesulitan dalam memasarkan produk buku akibat minimnya jumlah toko buku di Indonesia sehingga mereka semakin selektif memilih buku yang bisa laku di pasaran. "Saat ini hanya ada 400 toko buku di Indonesia, sehingga buku hanya bisa dipajang paling lama kurang dari satu bulan," kata Wakil Ketua Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), PD Subagya yang ditemui disela-sela acara Pesta Buku Jakarta, Selasa. Dia mengatakan 15 tahun yang lalu terdapat sekitar 3000 toko buku yang ada di seluruh Indonesia, namun jumlahnya terus menurun. Hal ini dikarenakan banyak penerbit yang menjual buku dengan menawarkan langsung ke pembeli, terutama untuk buku-buku pelajaran, disamping itu juga akibat krisis ekonomi 8 tahun lalu membuat banyak toko buku yang gulung tikar. "Dulu guru dan penerbit bisa langsung menjual buku ke sekolah-sekolah, namun sejak keluar peraturan menteri mereka sudah tidak bisa menjual langsung," katanya Menurut dia, efek penjualan langsung ke pembeli baru terasa memberatkan saat semakin sedikitnya toko untuk memajang dan memasarkan buku-buku diluar buku pelajaran, seperti novel, komik, biografi dan lain-lain. Keadaan bertambah sulit, kata dia, karena saat ini terdapat sekitar 1200 penerbit di Indonesia, 800-an penerbit yang tergabung dalam IKAPI dan ada 400-an penerbit yang tidak tergabung dalam IKAPI. Subagya mengatakan penerbit menggunakan pendekatan selera pasar agar pihak toko buku tertarik memajang dan menjual buku terbitan mereka. Pendekatan selera pasar, kata dia, adalah menjual buku yang disukai banyak orang sehingga bisa terjual dengan mudah. "Yang masyarakat sukai misalnya bagaimana cara mengatasi stress, maka banyak penerbit yang mengeluarkan buku-buku yang mengajarkan bagaimana mengatasi stress sendiri," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006