Jakarta (ANTARA News) - Bisnis kredit perumahan rakyat (KPR) di Indonesia masih jauh dari terjadinya "bubble
 atau penggelembungan kredit, karena tingkat kredit bermasalah (Non Performance Loan/NPL) masih terjaga dengan baik.

"Kredit untuk sektor perumahan masih cukup prudent dengan tingkat NPL yang baik," kata Direktur Konsumer & Ritel BNI Darmadi Sutanto usai penandatanganan kerja sama antara PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dengan Japan Credit Bureau (JCB) International Co. Ltd di Kantor Pusat BNI, Jakarta, Selasa.

Darmadi mengatakan, penurunan suku bunga di sektor KPR juga tidak akan mempengaruhi pemberian kredit yang nantinya dapat mengakibatkan bubble.

"Namun, tidak juga penurunan suku bunga itu mendorong masyarakat untuk membeli rumah. Bukan berarti suku bunga rendah terus masyarakat langsung membeli. Tapi, kita masih optimis bubble itu masih jauh," ujar Darmadi.

Tingkat NPL BNI sendiri pada sektor KPR, jelas Darmadi, masih di angka 2,1 persen. Ini berarti sektor KPR di BNI masih dapat dijaga dengan baik dan tetap memperhatikan kualitas pemberian kredit.

"Kami juga tidak berkeinginan secara asal-asalan memberikan kucuran kredit kepada masyarakat. Sebab nantinya berdampak kepada liarnya tingkat NPL di sektor KPR," kata Darmadi.

Darmadi menambahkan, pihaknya memberikan kredit untuk orang-orang yang mampu, tidak seperti yang dilakukan oleh bank-bank di Amerika.

"Kalau kita memberikan kepada mereka yang tidak mampu, maka bisa saja bank itu tutup karena kredit macetnya besar", ujar Darmadi.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © ANTARA 2013