Jakarta (ANTARA News) - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKKMIGAS) menyatakan bahwa produksi rata-rata minyak mentah nasional hingga April 2013 naik dibanding akhir 2012 lalu.

"Yang dulunya 827.000 barel di akhir tahun yang biasanya malah turun menjadi di bawah 827.000, saat ini sudah mencapai 830.000 - 840.000 barel," kata Kepala SKKMIGAS Rudy Rubjandini di Kompleks Istana Presiden di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan rata-ratanya baru 834.000 barel year to date. Tapi rata-rata perbulanannya pernah mencapai 840.000 barel.

"Kita harapkan 840.000 barel ini bisa bertahan sampai akhir tahun saja kita sudah bersyukur," paparnya.

Rudy mengatakan ada potensi gangguan produksi akibat perawatan peralatan eksplorasi yang memang dilakukan secara rutin setiap tahunnya.

Pada waktu yang lalu, penurunan jumlah minyak mentah yang dihasilkan akibat gangguan tersebut mencapai 20.000 sampai 22.000 barel, namun pada tahun ini di bawah 10.000 barel.

"Jadi artinya kehandalan semua peralatan di lapangan sudah cukup baik. Jadi dari kegiatan pengeboran, kegiatan pemeliharaan, juga kegiatan tadi peralatannya handal, alhamdulillah produksi kita bisa bertahan, bahkan bisa naik sedikit," katanya.

Penghitungan

Ketika ditanya mengenai pemenuhan kebutuhan dalam negeri, Rudy mengatakan dari 840.000 barel per hari yang dihasilkan, hanya 2/3-nya yang dapat dimanfaatkan, sementara 1/3 untuk biaya dan bagian untuk kontraktor.

"Jumlah 2/3 nya berarti kira-kira hanya 560.000 - 600.000 barel. Tetapi kebutuhan nasional kan hampir 1,4 juta - 1,5 juta. Jadi artinya tetap saja kita masih jadi net importer. Jadi produksi minyak kita memang begitu," paparnya.

Meski demikian, untuk pendapatan sektor migas, saat ini produksi gas dalam negeri mencapai angka yang menggembirakan.

"Tetapi jangan lupa bahwa produksi gas kita, yang jaman dulunya tidak ada, sekarang sudah melebihi minyak. Produksi gas kita mendekati ekuivalen 1,2 juta barel oil. Jadi kalau dijumlahkan minyak dan gas, kira-kira sudah sekitar 2 juta barel minyak ekuivalen per hari. Di mana jaman dahulu top-top-nya adalah 1,6 juta pada tahun 1976 dan pada tahun 1995 yang sering kita bangga banggakan itu. Jadi artinya, migas kita tetap naik dibandingkan jaman dahulu," katanya.

Dengan demikian, kata Rudy, pihaknya dan pemerintah telah menyiapkan peta jalan untuk pengembangan gas alam nasional sehingga di tahun-tahun mendatang produksinya lebih optimal.

Pewarta: Panca Hari Prabowo
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2013