Jakarta (ANTARA News) - Direktur Eksekutif Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral Bank Indonesia Iskandar Simorangkir mengatakan redenominasi tidak akan berpengaruh terhadap besaran biaya pencetakan uang di BI.

"Saya sempat dituduh redenominasi merupakan proyek untuk mendapatkan biaya pencetakan uang. Hal itu tidak benar karena setiap tahun BI memang mencetak uang-uang baru," kata Iskandar Simorangkir di Jakarta, Selasa.

Dia mengatakan setiap tahun BI menarik uang-uang lusuh dan menerbitkan uang-uang baru sebagai penggantinya. Dengan adanya redenominasi, tidak akan ada tambahan biaya pencatakan uang karena BI hanya akan mengubah uang baru yang dicetak dengan denominasi rupiah yang baru.

Oleh karena itu, dia meyakinkan redenominasi tidak akan memberikan pengaruh signifikasi terhadap biaya pencetakan uang apalagi menjadi proyek bagi pejabat BI untuk mendapatkan keuntungan dari pencetakan uang dengan denominasi baru.

"Redenominasi dilakukan untuk efisiensi perekonomian. Ide itu tidak muncul secara tiba-tiba karena BI sudah melakukan penelitian selama 10 tahun. Berdasarkan riset, kebutuhan akan redenominasi semakin besar," tuturnya.

Iskandar mengatakan penelitian yang dilakukan BI menemukan masyarakat kesulitan dengan denominasi rupiah dengan nol yang terlalu banyak. Fakta di lapangan, masyarakat sudah melakukan rednominasi dengan menghilangkan tiga nol terakhir, sehingga nilai Rp50.000 disebutkan atau ditulis Rp50.

Iskandar memaparkan banyak negara berhasil melakukan redenominasi, diantaranya adalah Turki, Rumania, Polandia dan Ukraina. keberhasilan itu bisa terjadi karena dukungan kuat masyarakat, dilakukan di saat perekonomian stabil, memiliki landasan hukum kuat dan edukasi kepada masyarakat yang intensif.

Selain ada yang berhasil, juga ada negara yang gagal melakukan redenominasi antara lain Rusia, Argentina, Brazil dan Zimbabwe. Kegagalan itu disebabkan waktu penerapan yang kurang tepat yaitu saat perekonomian memburuk dan kebijakan makro yang tidak sehat.

"Jika prasyarat redenominasi dipenuhi dan mitigasi risiko diantisipasi dengan baik, perekonomian Indonesia dapat memperoleh manfaat seperti negara lain yang berhasil melakukan redenominasi," katanya.

Iskandar Simorangkir menjadi salah satu pembicara pada Seminar "Siapkah Indonesia Menghadapi Redenominasi?" yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Program Studi Akuntasi Institut Perbanas di Auditorium Perbanas, Jakarta.

Selain Iskandar, pembicara lainnya adalah Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti dan pakar ekonomi Universitas Indonesia Jakarta Telisa Aulia Falianty.
(D018/S025)

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2013