Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Palestina berharap Pemerintah Indonesia dapat mengajak lebih banyak aktor internasional untuk memperhatikan kasus yang terjadi di Palestina. "Kami tahu Indonesia mampu dan memiliki niat baik untuk melakukan itu," kata Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Fariz Nafe Mehdewi, di Jakarta, Rabu. Menurut dia, kasus yang terjadi di Palestina tidak akan pernah selesai dengan cara angkat senjata melainkan melalui dialog di dunia internasional. "Seperti kasus rasisme di Afrika Selatan. Tidak akan selesai melalui senjata melainkan dengan desakan dunia internasional bahwa rasisme sudah tidak pantas lagi ada di dunia moderen," katanya. Dubes mengatakan, di dunia moderen kolonialisme atau penjajahan juga bukanlah hal yang dapat ditolerir lagi. Terhadap Pemerintah Indonesia, Dubes Palestina menyampaikan terima kasih atas segala dukungan yang diberikan pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Namun, saat ditanya mengenai harapannya terhadap Pemerintah Indonesia, Dubes mengatakan bahwa dia menghargai apa pun yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia. "Kami berterima kasih atas semua yang dilakukan Indonesia, kami tidak ingin menjadi beban dengan menuntut Pemerintah Indonesia melakukan sesuatu," katanya. Mengenai agresi militer yang dilakukan Israel, kata dia, hanya akan memunculkan lebih banyak aksi radikal dan mementahkan konsep perdamaian yang tengah diperjuangkan. " Saya kira tindakan seperti ini tidak banyak membantu dan justru memicu munculnya lebih banyak aksi radikal. Saya kira dia (Israel --red) hanya ingin mendikte Palestina dan tidak ingin bernegosiasi," katanya. Menurut dia, merusak sejumlah bangunan infrastruktur vital yang penting bagi masyarakat Palestina bukan sesuatu tindakan yang mendorong pada proses negosiasi dan perdamaian. Saat ditanya mengenai istilah perang suci yang digunakan sejumlah pihak untuk merujuk kejadian di Palestina, Dubes mengatakan bahwa itu tidak benar. "Tidak ada perang yang suci. Atas nama apapun akan selalu ada pembunuhan dalam perang. Kami mencari perdamaian bukan pertumpahan darah," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006