Bogor (ANTARA News) - Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian  mendukung  gerakan Revolusi Oranye yang digagas oleh Institut Pertanian Bogor dan Kementerian BUMN.

"Kementerian Pertanian sangat mendorong adanya Revolusi Oranye ini sebagai bangkitnya produksi buah nusantara, baik mutu, kualitas dan ketersediaannya," kata Dirjen Hortikultura, Kementerian Dalam Negeri, Hasanuddin Ibrahim dalam jumpa pers Revolusi Oranye yang digelar di gedung Rektorat IPB kampus Dramaga, Kabupaten Bogor, Selasa.

Hasanuddin menyebutkan salah satu permasalahan buah nasional adalah kurang mampu bersaing dengan buah impor, karena buah lokal jarang ditemui di super market dan pasar modren.

Alasannya,  buah lokal kurang diminati di pasar modren karena cepat membusuk sedangkan buah impor sudah mengalami pendinginan saat pengiriman.

"Selain karena alasan itu, juga karena alasan pembayaran di pasar modern yang lebih memilih membeli buah impor," katanya.

Hasanuddin mengatakan, di tingkat lokal atau pasar tradisional dan pengecer penjualan buah lokal sangat tinggi. Kondisi demikian membuat banyak petani yang memilih menjual sendiri buah-buah produksinya dipinggir jalan.

Hasanuddin menuturkan produksi buah nasional jauh lebih besar dari impor buah yang dilakukan. Ia mencatat sebanya 18,5 juta ton buah dalam negeri dihasilkan sedangkan buah impor 800.000 ton.

Menurut dia tidak meratanya produksi buah lokal salah satu faktor kendalanya ada pada lahan perkebunan yang terpencar-pencar.

"Kondisi ini juga mempengaruhi ketersediaan buah lokal karena tidak terintegrasi," ujarnya.

Hasanuddin berpendapat, Revolusi Oranye akan menjadi gerakan perubahan produksi buah lokal agar lebih berkualitas, bermutu dan berdaya saing.

"Dengan adanya ketersediaan lahan 3.000 hektar milik PTPN VIII yang akan dijadikan tahap awal gerakan Revolusi Oranye untuk buah nasional lebih berkembang lagi," ujarnya.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2013