Jakarta (ANTARA News) - Proses pemulihan lapisan ozon bumi berlangsung lebih lamban daripada perkiraan awal, demikian hasil terbaru penelitian yang dilakukan oleh Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Lambannya proses tersebut berakibat langsung terhadap prediksi tahun pulihnya kondisi berlubang lapisan Ozon. Seperti dikutip dari keterangan resmi yang dikeluarkan oleh NASA, Kamis, proses yang tidak sesuai dengan perkiraan awal ini mengakibatkan perhitungan harus mundur 20 tahun. Semula, para peneliti memperkirakan lubang-lubang di Ozon akan kembali tertutup rapat pada tahun 2050, namun berdasarkan hitung-hitungan dari data atmosferik serta keadaan Ozon selama 27 tahun terakhir, lubang Ozon di Kutub Selatan diprediksi baru akan tertutup pada tahun 2068. Bagaimana metode penghitungan itu disusun? Para peneliti dari NASA telah membuat sebuah perangkat baru, yakni sebuah model komputer berbasis matematika, yang memberikan perkiraan yang lebih tepat tentang kapan lubang Ozon lenyap dari langit Bumi. Lubang Ozon di Antartika adalah lubang yang sangat besar akibat berkurangnya Ozon di stratosfer tiap musim panas terjadi di bagian selatan Bumi. Lubang Ozon sendiri ditimbulkan oleh gas klorin dan bromin yang "menghuni" stratosfer dan merusakan keberadaan Ozon. Gas-gas yang merusak Ozon ini berasal dari benda-benda kimiawi yang dihasilkan manusia, seperti klorokarbon yang juga akrab disebut dengan CFCs. Lapisan Ozon adalah tameng Bumi dari 90-99 persen radiasi sinar ultraviolet Matahari. Bila radiasi itu berhasil mendarat di Bumi, penyakit seperti kanker kulit, kerusakan genetik, kebutaan, dan gangguan terhadap kehidupan di bawah permukaan air tentu akan terjadi di mana-mana. Untuk mencari perkiraan yang lebih tepat tentang Ozon, peneliti menggabungkan estimasi kadar klorin dan bromin di lapisan udara Antartika, dengan observasi bawah laut dan pesawat terbang. Dengan cara itu, peneliti dapat memperoleh perkiraan emisi, waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan emisi itu ke stratosfer Kutub Selatan, dan prediksi cuaca di atas kutub. Model pengamatan ini dapat menghitung kondisi selama 27 tahun terakhir. Dengan model ini pula, para peneliti yakin bahwa lubang Ozon baru hilang bukan pada tahun 2050 namun 2068. "Lubang Ozon di Antartika merupakan penipisan terbesar dalam atmofer kita," kata Paul Newman, seorang peneliti NASA. Menurut dia, lubang Ozon semakin berkurang bila mendekati garis Khatulistiwa. "Di Afrika dan Amerika misalnya, kadar kekurangan Ozon hanyalah 3-6 persen dari kondisi normal, sementara Ozon di atas Antartika bisa mencapai di bawah 70 persen kondisi normal bila musim panas tiba," tambah dia. Kondisi Ozon telah menggerakkan banyak pihak untuk membuat perbaikan. Berbagai kesepakatan internasional, seperti Protokol Montreal, telah melarang pembuatan berbagai bahan kimia yang merusak Ozon. Namun demikian, para peneliti menyebutkan bahwa ternyata upaya pelarangan itu tidak lantas menghentikan kerusakan di lapisan Ozon. Mereka meyakini lubang Ozon belum akan tertutup hingga tahun 2018, karena baru pada tahun itu proses perbaikan di Ozon mulai berlangsung. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006