Jakarta (ANTARA News) - Departemen Luar Negeri (Deplu) mengatakan bahwa konsekuensi administratif dan keuangan akibat pembatalan keberangkatan tim tenis Fed Cup Indonesia ke Israel pada 15 Juli mendatang masih dalam pembahasan. "Mengenai sanksi dan denda kami belum menerima tetapi sudah ada gambaran tentang itu, kini masih dibicarakan lebih lanjut penyelesaiannya," kata Juru Bicara Deplu, Desra Percaya, kepada wartawan di Jakarta, Jumat. Menurut Jubir, Menlu Hassan Wirajuda, Menpora dan Ketua Pelti telah bertemu untuk membicarakan sanksi administratif yang mungkin dijatuhkan oleh ITF, Federasi Tenis Internasional. Tim tenis Fed Cup Indonesia dijadwalkan akan bertanding di Israel pada 15-16 Juli mendatang menghadapi tuan rumah Israel pada pertandingan Grup Dunia II. Atas pembatalan tersebut, Indonesia pun terancam mendapat sanksi dari pihak ITF, termasuk terdegradasi ke Zona Asia/Oceania dan membayar denda seluruh persiapan yang telah dilakukan ITF. "Kami tahu jika tim tenis mungkin kecewa namun hendaknya diingat juga penderitaan rakyat Palestina," katanya. Jubir menyebutkan, sebetulnya Indonesia tidak ingin mencampuradukan masalah politik dengan olahraga namun agresi militer yang dilakukan Israel tidak dapat ditolerir lagi dan sudah kelewatan. "Tadinya ada niat baik dari kita bahwa olahraga adalah hubungan P to P --people to people-- namun akibat agresi akhir Juni lalu pemerintah memandang perlu bertindak tegas karena hal itu bertentangan dengan prinsip Indonesia," katanya. Antara Indonesia dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik dan asosiasi tenis Indonesia pernah meminta pihak Israel untuk memindahkan pertandingan ke negara yang netral. Namun demikian, permintaan tersebut tidak disanggupi pihak Israel dengan menyatakan bahwa olahraga dan politik tidak seharusnya dicampuradukkan. Jubir mengatakan, pada 10 Mei Pemerintah Indonesia telah memberikan sinyal hijau bagi tim tenis karena sekalipun Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel tetapi tetap memungkinkan tim tenis bermain di Israel. Namun, lanjut dia, pada akhir Juni tiba-tiba Israel melakukan penahanan atas sejumlah pimpinan Palestina, sebuah penghukuman kolektif dan perusakan infrastruktur sipil dengan dalih membebaskan satu tentaranya yang disandera sebuah gerakan di Palestina.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006