Bogor, (ANTARA News) - Bunga bangkai (Amorphophallus titanum) yang tumbuh di Kebun Raya Bogor, Jumat, mekar dengan ketinggian 1,89 meter, namun kelopak bunga diperkirakan tidak akan mekar sempurna karena curah hujan terlalu rendah. "Bunga ini bagi kami ibarat mutiara yang hilang, karena sebelumnya pada tahun 2005 diperkirakan bunga ini telah mati," kata staf Kebun Raya Bogor, Mery Suzanna di Bogor, Jumat (7/7). Sebelumnya Mery memprediksikan bunga akan mekar sempurna pada hari Sabtu (8/7). "Namun semalam ada sedikit hujan dan kondisi cuaca agak mendukung sehingga tanpa diduga kelopak bunga mekar 90 persen seperti sekarang." Bunga yang telah mekar dan menyebarkan bau busuk ini diperkirakan hanya akan bertahan dua hingga tiga hari, setelah itu akan layu dan membusuk. Menurut Mery, jenis bunga bangkai yang berasal dari Lahat, Kecamatan Jarai, Muara Payang, Sumatra Selatan ini memang tidak sebesar jenis bunga bangkai lain dan aroma busuk yang ditebarkannya juga tidak terlalu menyengat. Kebun Raya Bogor (KRB) menanam umbi bunga ini pada tahun 1990. Berat umbi pada saat pertama kali ditanam berkisar antara 30 hingga 40 kg. Setelah sempat terlihat pertumbuhan vegetatif, hingga tahun 2005 tidak ada tanda-tanda akan berbunga sehingga pihak KRB menyangka flora langka ini telah mati. Namun ternyata pada akhir Mei 2006, pertumbuhan generatif mulai terlihat. "Baru sekitar satu bulan kemudian kita bisa memastikan tumbuhan ini akan berbunga," kata Mery. Diperkirakan, bunga ini mengalami masa dormansi sekitar empat bulan, lanjut dia. Bunga bangkai merupakan tumbuhan asli Sumatera yang ditemukan pada tahun 1878 oleh seorang ahli botani Italia, Dr. Odoardo Beccari. Tumbuhan yang dikoleksi pertama kali oleh KRB pada tahun 1915 ini hanya berbunga 2-3 tahun sekali dengan tinggi mencapai 3,5 meter dan diameter lebih dari 2 meter. Umbi tumbuhan ini bisa mencapai 200 kg. Bau menyengat yang dikeluarkan oleh bunga bangkai berasal dari asap tipis yang dihasilkan dari perbedaan suhu dalam tongkol dengan udara sekitar. Bau menyengat ini akan mengundang serangga untuk mendekat. Serangga yang menyedot enzym yang dihasilkan oleh umbi bunga biasanya akan "mabuk" kemudian mati di dalam bunga sehingga akan menjadi bahan organik yang bermanfaat bagi pertumbuhan bunga selanjutnya. Bunga bangkai mempunyai masa pertumbuhan vegetatif dan generatif yang terjadi dalam periode waktu yang berbeda. Dalam masa pertumbuhan vegetatif, spesies ini tampak seperti layaknya tumbuhan berdaun lain dengan tinggi sekitar dua meter. Kemudian setelah fase vegetatif selama 2,5 tahun, batang dan daunnya akan layu dan membusuk, dan bunga bangkai mulai memasuki masa dormansi (istirahat) selama 3 hingga 6 bulan. Jika tidak ditemukan satu pun bagian tanaman di atas tanah, berarti bunga ini sedang dalam fase istirahat untuk memasuki fase selanjutnya. Setelah umbi mempunyai cukup energi, muncul tanda-tanda fase generatif hingga bunga bangkai mekar. Saat ini KRB mempunyai lebih dari 20 koleksi bunga bangkai dari berbagai jenis, 11 diantaranya merupakan jenis Amorphophallus titanum. Meski baunya busuk, bunga bangkai memiliki warna yang indah, yakni merah menyala dengan bagian tengah menjulang berwarna krem. Sebelumnya, pada tahun 2001 di KRB bunga yang sama juga diketahui mekar total dengan ketinggian 2,90 meter. Rekor bunga bangkai tertinggi di dunia mencapai sekitar 3,17 meter yang tumbuh di Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pernah dilaporkan ada bunga yang mekar mencapai ketinggian 3,30 meter, namun karena tidak diketahui lokasinya dan tidak tercatat, maka laporan itu masih diragukan.(*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006