Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengoreksi target pertumbuhan industri 2013 dari sebesar 7,14 persen menjadi 6,5 persen karena berbagai faktor seperti suku bunga yang kurang kondusif dan nilai tukar rupiah yang melemah.

"Saya sih masih optimistis, tapi dengan beberapa menteri ekonomi lain kami sudah setuju menetapkan angka 6,5 persen," kata Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat di Jakarta, Rabu.

Menperin mengungkapkan hal itu di sela rapat kerja Kemenperin dengan pemerintah daerah tahun 2013 yang bertema Hilirisasi Industri Dalam Rangka Mencapai Target Pertumbuhan Industri Nasional.

Menurut dia, koreksi tersebut didasarkan atas beberapa hal yakni adanya beberapa kendala menyangkut regulasi, tingkat efisiensi yang belum sesuai harapan, suku bunga yang kurang kondusif dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang melemah.

Terkait dengan turunnya target pertumbuhan industri, pihaknya saat ini terus melakukan koordinasi dengan beberapa menteri ekonomi untuk mengatasi kendala-kendala yang bisa menghambat pertumbuhan industri.

Dia menambahkan pihaknya saat ini tengah mendorong upaya hilirisasi mineral. Saat ini bidang agroindustri seperti kelapa sawit dan kakao sudah berhasil melakukan hilirisasi. Sementara untuk karet saat ini masih dalam proses.

"Yang sedang kami coba upayakan itu hilirisasi mineral," katanya.

Dia menambahkan pertumbuhan industri pengolahan nonmigas pada triwulan I tahun 2013 mencapai 6,69 persen. Cabang-cabang industri yang mengalami pertumbuhan tertinggi antara lain industri logam dasar besi dan baja sebesar 13,14 persen; industri pupuk, kimia dan barang dari karet sebesar 11,41 persen; industri alat angkut, mesin dan peralatannya sebesar 10,51 persen serta industri barang kayu dan hasil hutan lainnya sebesar 7,67 persen.

Sementara ekspor industri nonmigas pada Januari-Maret 2013 mencapai 28,26 miliar dolar AS atau memberikan kontribusi sebesar 61,11 persen dari total ekspor nasional.

Sedangkan impor industri nonmigas mencapai 32,15 miliar dolar AS sehingga terdapat defisit sebesar 3,89 miliar dolar AS.

Namun defisit neraca perdagangan tersebut, menurut Menperin, tidak terlalu mengkhawatirkan mengingat sebagian besar impor tersebut berupa barang modal dan bahan baku sebagai akibat dari tumbuhnya investasi di sektor industri.

"Kemenperin terus mendorong agar ekspor hasil industri kembali meningkat dan berdaya saing tinggi di pasar global," katanya.

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Unggul Tri Ratomo
COPYRIGHT © ANTARA 2013