Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas, Sigit Pramono, mengatakan, ruang penurunan suku bunga kredit masih ada yakni melalui efisiensi terhadap biaya operasional perbankan nasional.

"Komponen suku bunga kredit beragam yakni biaya dana, biaya operasional, risiko dan lain-lain. Ruang penurunan suku bunga kredit masih ada melalui efisiensi di biaya operasional," kata dia, di Jakarta, Rabu.

Dia mengatakan, jika perbankan nasional mampu melakukan efisiensi biaya operasional dan suku bunga kredit turun, maka masyarakat harus iklhas juga untuk tidak menuntut suku bunga dana (tabungan dan deposito) tinggi.

"Masyarakat kita itu cenderung menabung untuk mendapatkan keuntungan atau investasi, berbeda dengan di luar negeri yang menabung hanya untuk menyimpan uang tanpa mengharapkan imbal hasil, makanya suku bunga dana perbankan nasional itu berpengaruh juga," kata dia.

Lebih jauh dia mengatakan, pada dasarnya suku bunga kredit perbankan nasional saat ini berada di tingkat terendah, terhitung sejak Indonesia merdeka.

"Dulu KPR itu bunganya double digit, sedangkan generasi sekarang untuk memperoleh KPR bunganya sudah single digit, karena sekarang bunga deposito juga sudah lebih rendah. Jadi tidak benar kalau bankir ingin bunga kredit tinggi," katanya.

Di sisi lain Pramono menilai dengan tingkat bunga kredit sekarang ini, perbankan nasional tetap kompetitif dengan perbankan asing, termasuk apabila integrasi sektor keuangan terjadi melalui Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2020.

Sehingga, "Saya optimistis perbankan nasional masih menjadi pilihan bagi sektor usaha untuk menyimpan dananya."

Sebelumnya Gubernur Bank Indonesia (saat itu), Darmin Nasution, menyampaikan, suku bunga kredit perbankan, khususnya KPR dan korporasi sudah berada di level terendah sejak beberapa tahun terakhir.

Namun Nasution mengatakan, upaya penurunan suku bunga kredit tetap harus didorong bank sentral ke depan.

Pewarta: Rangga Jingga
Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2013