Jakarta (ANTARA News) - Lakon Liga Inggris musim kompetisi 2012/2013 telah memanggungkan 380 laga dengan melibatkan 20 tim yang bertengger di kasta tertinggi Inggris dengan melahirkan sang juara Manchester United, dan mendepak sang petahana musim lalu, Manchester City.

Digelar sejak 18 Agustus 2012 hingga 19 Mei 2013, ratusan laga Liga Inggris memandu perhatian penggila bola sedunia bahwa sepak bola sebagai sebuah unjuk laga sarat agresivitas telah menggasak, mengguncang, membongkar, bahkan mempertanyakan segala hal yang dianggap mapan "enak di kursi jabatan".

Sebanyak 1.063 gol tercipta dalam pusaran Liga Inggris 2012/13, dengan rasio gol setiap laga 2,79. Ada 1.195 kartu kuning, dan 52 kartu merah, yang menunjukkan bahwa agresivitas berujung pelanggaran, dan agresivitas berbuah ribuan gol. Dua sisi dari satu mata uang.

Liga Inggris memesona serentak menggetarkan, mengguncang serentak menenteramkam, membongkar serentak merapikan ratusan juta jiwa yang dahaga akan makna permainan.

Liga Inggris sebagai permainan membuka wawasan baru yang selama dipenjara oleh lagak laku kehidupan yang serba "sesuai dengan hukum". Liga Inggris 2012/13 yang melibatkan 523 pemain sekurang-kurangnya mendaulat pemirsa sejagat bahwa sepak bola sebagai permainan membebaskan mereka yang selama ini teracuni virus "sesat pikir".

Bagaimana kaitan antara Liga Inggris dengan sesat pikir? Sebagai laga sepak bola yang tiada batas cakrawala, maka Liga Inggris mampu menggasak, mengguncang, membongkar, bahkan mempertanyakan, apakah pemirsa dan penikmatnya terbebas dari virus sesat pikir.

Cara bagaimana penalaran manusia dapat tersesat, tiada batasnya. Siapa saja dan di mana saja, seseorang atau sekelompok orang dapat keliru. Dalam laga kehidupan, yang sesat pikir dapat seakan-akan masuk akal, menggenapi ungkapan serigala berbulu domba.

Dalam laga bola Liga Inggris musim 2012/13, segala yang sesat pikir diupayakan untuk diangkat, dibersihkan, dihilangkan bahkan dilibas tuntas. Diangkat, dibersihkan dan dihilangkan dari virus paralogis, dari virus sofisme.

Paralogis, artinya orang mengemukakan sebuah penalaran sesat, dan ia tidak melihat dan menyadarinya. Alamak! Sofisme, artinya penalaran yang sengajanya digunakan untuk menipu bahkan menjerumuskan orang lain. Dua kali alamak!

Aksi libas dan aksi bersih-bersih dalam laga Liga Inggris membuahkan serangkaian peristiwa kejutan, yakni MU keluar sebagai juara, Swansea merebut trofi Piala Liga dan Wigan mengalahkan City di final Piala FA.

Manakala membaca teks Liga Inggris 2012/13, mencuat pertanyaan, apakah MU memerlukan asupan kekuatan di sektor sayap menghadapi musim mendatang?

Secara tradisional, MU punya stok pemain yang handal di sektor sayap. Klub ini punya Nani, Ashley Young dan Antonio Valencia yang kerapkali menjadi pilihan utama di musim ini. Disebut-sebut bahwa MU tengah membidik sejumlah pemain bintang, antara lain Eden Hazard untuk memperkuat lini tengah guna meneror pertahanan lawan.

Diakui bahwa MU sedang dirundung masalah di lini sayap musim ini. Nani, Young dan Valencia terus berjuang agar terus dapat tampil konsisten musim ini.

Nani kerapkali terlihat frustrasi dengan penampilannya belakangan ini. Tersebar rumor bahwa ia mungkin akan meninggalkan Old Trafford. Manajemen MU sedang mencari winger yang lebih produktif ketimbang Nani.

Sementara Young masih dirundung virus sesat pikir bernama "zero goals" dalam sembilan belas penampilannya tahun ini. Ia dibekap problem bahwa perlu ada aksi mengguncang, membongkar, bahkan mempertanyakan soal efektivitas penampilannya di skuad Setan Merah. Ini pekerjaan rumah (PR) dari manajer anyar United, David Moyes, yakni membenahi lini sayap.

Pertanyaan kedua, apakah skuad Citizens dapat tampil lebih baik tanpa Carlos Tevez di musim depan? Tevez tampil sebagai sosok sentral bagi City sejak hengkang dari MU. Pemain depan asal Argentina itu telah menjaringkan 58 gol dalam 107 pertandingan bersama City, sebagaimana dikutip dari situs thinkfootball.com.

Tevez punya virus sesat pikir, yakni bermasalah dalam keseimbangan kepribadian, dan bermasalah dalam komitmen. Akankah City masih saja sudi mempertahankan pemain seperti ini? Bukankah City masih punya Sergio Aguero yang juga berasal dari Argentina?

Baik Tevez maupun Aguero punya gaya bermain yang tidak jauh beda. Terbuka kemungkinan bahwa City menyisihkan salah satu dari mereka.

Di musim depan, City memerlukan lebih banyak lagi pemain yang punya kemampuan melepas operan secara akurat, lebih akurat dari Aguero atau Dzeko.

Tevez dianugerahi talenta sebagai pemain dengan teknik mumpuni. Ia mampu memanfaatkan ruang dan menerobos pertahanan lawan. Syaratnya satu saja, kalau ia sedang berada dalam bentuk permainan terbaiknya. Sementara, torehan jumlah gol Dzeko lebih impresif, meski ada warta bahwa ia bakal dijual pada musim depan.

Tevez pernah punya catatan buruk. Ia pernah mengalami paceklik gol dalam delapan laga di pertengahan musim. Virus sesat pikir khas Tevez ini, lebih menyentuh soal konsistensi penampilan seorang pemain dalam menjalani laga demi laga. Tevez juga pernah menolak tampil yang pada akhirnya mencelakakan tim.

Monaco dan Paris Saint-Germain (PSG) disebut-sebut berminat mendatangkan pemain berusia 29 tahun itu. City dapat memperoleh uang dari hasil penjualan Tevez kemudian membeli pemain anyar di musim depan, apalagi bayaran pemain Argentina itu kelewat besar.

Tevez juga bukan tipe pemain yang punya segudang kreasi serangan. Justru Aguero punya kemampuan yang tidak dimiliki Tevez.

Aguero mampu menciptakan ruang bagi sesama tim, bahkan ia lebih oke dalam menciptakan gol. City perlu menggasak, mengguncang dan membongkar fatsun bahwa segera ganti Tevez, pertajam peran Aguero dengan mendatangkan pemain anyar.

Finis di peringkat empat klasemen Liga Inggris 2012/13, Chelsea memang berjaya di Liga Europa di bawah asuhan pelatih Rafa Benitez. Tersingkir di babak penyisihan grup di ajang Liga Champions, dan kurang memperoleh hasil maksimal di Liga Inggris, mengundang tanya, apakah memang Chelsea sedang mengidap virus sesat pikir?

Skuad "The Blues" punya catatan mentereng di lini pertahanan musim ini. Di mata sejumlah pengamat bola di Inggris, kekokohan dan keampuhan lini pertahanan Chelsea menjadi anutan bagi sejumlah klub lainnya di atmosfer Liga Inggris. Chelsea gagal meraih "clean sheets" di Liga Champions ketika mereka gagal mempertahankan kemenangan 2-0 atas Juventus.

Chelsea punya kelemahan di sisi bek-tengah. John Terry tidak lagi tampil bugar musim ini. Pilihan jatuh kepada Cahill meski penampilannya kerap tampak kehilangan konsentrasi bermain. Luiz lantas menjadi prioritas.

Bermodal mobilitas yang relatif tinggi, pemain Brazil ini mampu menginspirasi rekan pemain Chelsea untuk merangsek lawan.

Chelsea masih punya Ivanovic yang terus berjuang menjadi bek tengah nomor wahid. Ironisnya, skuad ini justru tidak punya pemain bertahan yang punya kemampuan penguasaan bola relatif mumpuni.

Kelemahan Chelsea terletak di lini gelandang tengah. Ramirez tampil "mobile" tetapi ia mampu beroperasi secara eksplosif di kotak penalti lawan.

Luiz dapat mengisi posisi ini, meski akurasi operan yang ia lepaskan masih perlu banyak dibenahi. Dan Lampard menjadi pilihan utama karena punya mobilitas tinggi. Hanya saja, ia kerapkali kehilangan bola kalau lawan tampil lebih alot dan lebih ulet.

Bicara lini depan Chelsea, bicara Torres. Pemain ini telah mengemas tujuh gol sejak Desember 2012, sementara Demba Ba telah membukukan sepuluh gol. Masa depan Chelsea terletak salah satunya kepada ketajaman Ba. Amunisi The Blues bakal menakutkan kalau saja Lukaku segera bergabung.

Nah, apa yang sudah diraih dan masih perlu diperbaiki tiga besar Liga Inggris itu merujuk kepada perlawanan kepada terorisme pemikiran.

Ketiga tim perlu terbebas dari intoleransi dan fanatisme atau kekerdilan pandangan untuk memperoleh legitimasi di panggung Liga Inggris musim depan. Meminjam pernyataan filsuf Prancis, Voltaire, " fanatisme merupakan ramuan dua unsur, yaitu takhayul dan kebodohan, yang merupakan penyakit segala jaman."
(A024)

Oleh A.A. Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2013