Yerusalem/Gaza (ANTARA) - Israel telah memanggil sekitar 300 ribu tentara cadangan dan memperingatkan penduduk Jalur Gaza untuk keluar dari wilayah itu.

Langkah-langkah itu dinilai sebagai tanda bahwa Israel kemungkinan akan melakukan serangan darat untuk mengalahkan Hamas.

Para milisi Hamas masih bersembunyi di wilayah Israel, dua hari setelah mereka menyusup dari Gaza dalam serangan mengejutkan yang menewaskan sekitar 700 warga Israel dan menyandera puluhan lainnya.

Di Gaza, Israel terus melakukan serangan balasan, yang telah menewaskan sekitar 500 warga Palestina di wilayah yang dikuasai Hamas itu sejak Sabtu (7/9). 

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan blokade Israel akan diperketat untuk mencegah makanan dan BBM masuk ke wilayah berpenduduk 2,3 juta jiwa tersebut.

Kepala juru bicara militer Israel mengeklaim mereka berhasil menguasai lagi permukiman-permukiman yang sebelumnya diduduki Hamas, tetapi pertempuran sporadis masih berlangsung.

"Sekarang kami sedang merazia semua permukiman dan membersihkannya," kata sang jubir, Laksamana Muda Daniel Hagari.

Juru bicara lainnya, Letkol Richard Hecht, sebelumnya mengakui bahwa "perlu waktu lebih lama dari perkiraan" untuk menormalkan keamanan dan pertahanan.

Pemanggilan 300 ribu tentara cadangan dalam waktu dua hari memicu spekulasi bahwa Israel mungkin berencana melakukan serangan darat ke Gaza, wilayah yang mereka biarkan selama hampir 20 tahun.

"Kami belum pernah memanggil tentara cadangan sebanyak ini sebelumnya," kata Hagari. "Kami akan melakukan serangan."

Warga Palestina telah diperingatkan oleh aparat keamanan Israel untuk meninggalkan Gaza karena tentara akan melakukan operasi militer di sana.

Sementara itu, Hamas mengatakan bahwa serangannya didasarkan atas penderitaan penduduk Gaza akibat blokade Israel selama 16 tahun.

Kelompok bersenjata itu juga menyebut tindakan keras dan mematikan Israel di wilayah pendudukan Tepi Barat selama bertahun-tahun sebagai alasan mereka menyerang.

Kelompok-kelompok utama Palestina yang menyesalkan serangan tersebut mengatakan bahwa tindakan Hamas itu bisa diprediksi akibat proses perdamaian yang buntu selama hampir satu dekade.

Terlebih jika mengingat pernyataan pemimpin Israel sayap kanan soal upaya menduduki tanah Palestina "sekali untuk selamanya".

Di lain pihak, Israel dan negara-negara Barat mengatakan pembunuhan massal secara sengaja terhadap warga sipil tidak bisa dibenarkan.

Ratusan orang Israel dikabarkan tewas dalam penembakan di sebuah pesta dansa di padang pasir.

Di Gaza, tayangan video memperlihatkan puluhan warga Palestina memanjat gedung-gedung yang hancur untuk mencari penyintas.

Mesir, yang pernah beberapa kali menjadi mediator konflik Israel-Hamas, mengatakan sedang melakukan kontak dengan kedua pihak yang bertikai.

Sedangkan Qatar telah berkomunikasi dengan para petinggi Hamas untuk mengupayakan pembebasan wanita dan anak-anak Israel yang ditahan oleh kelompok militan itu.

Sebagai imbalannya, 36 wanita dan anak-anak Palestina dibebaskan dari penjara-penjara Israel, kata seorang sumber kepada Reuters.

Militer Israel telah dihujani pertanyaan keras atas kegagalan intelijen paling buruk di negara itu dalam 50 tahun terakhir dan serangan darat akan menjadi langkah besar buat mereka.

Sumber: Reuters

Baca juga: Ratusan warga Palestina & Israel tewas saat konflik masuki hari kedua

Baca juga: AS kirim kapal dan pesawat militer mendekat ke Israel


 

Turki bertekad redakan konflik Israel-Palestina lewat jalur diplomasi

Pewarta: Anton Santoso
Editor: Tia Mutiasari
COPYRIGHT © ANTARA 2023