Beirut (ANTARA News) - Pasukan pemerintah Suriah dan kelompok gerilyawan Hizbullah Libanon melancarkan operasi besar-besaran untuk merebut lebih banyak daerah kota perbatasan Qusair pada Sabtu, kata sumber kedua pihak dalam konflik itu.

Pemberontak, yang berjuang untuk menggulingkan pemerintah Presiden Bashar al-Assad, mengatakan tank dan artileri tambahan dikerahkan di sekitar daerah yang dikuasai oposisi di Qusair, kota Suriah dekat dengan perbatasan Lebanon.

"Saya tidak pernah melihat seperti ini sejak pertempuran dimulai," kata Malek Anmar, seorang aktivis yang berbicara dari kota itu melalui Skype.

"Serangan sangat seru. Tampaknya mereka ingin berusaha menghancurkan rumah demi rumah kota itu," katanya.

Pemberontak sebagian besar berada di Qusair, kota berpenduduk 30.000 jiwa yang menjadi satu medan tempur yang strategis, Pasukan Bashar ingin merebut daerah itu untuk menjamin satu rute antara ibu kota Damaskus dan pangkalannya di pantai Meditrenia, yang secara efektif memisahkan daerah-daerah yang dikuasai pemberontak di utara dan selatan.

Oposisi membalas serangan itu, menganggap daerah itu penting untuk mempertahankan rute pasokan lintas perbatasan dan mencegah Bashar merebut daerah itu yang mereka khawatirkan mungkin akan memberikan keuntungan dalam perundingan perdamaian yang diprakarsai Amerika Serikat dan Rusia dalam perundingan perdamaian bulan depan.

Pemberontakan dua tahun di Suriah menentang kekuasaan empat dasawarsa keluarga Assad dimulai dengan protes-protes damai tetapi kemudian berubah menjadi konflik senjata yang menewaskan lebih dari 80.000 orang.

Pasukan Bashar diperkirakan telah menguasai dua pertiga Qusair, tetapi biayanya sangat tinggi dan pemberontak menegaskan mereka berusaha mencegah gerak maju lebih jauh.

Seorang petempur dari pasukan Hizbulah di Qusair mengemukakan kepada Reuters gerak maju itu berjalan sangat pelan.

"Kami berada dalam tahap kedua dari rencana serangan kami tetapi gerak maju sangat lambat dan sulit. Pemberontak menanam ranjau di mana-mana, di jalan-jalan, rumah-rumah. Bahkan lemari esa juga dipasang ranjau."

Pertempuran di Qusair juga memberikan ciri sektarian dari pergolakan politik Suriah, yang tidak hanya membelakangi pemberontakan itu tetapi juga mengancam menggoyahkan kawasan itu. Israel melancarkan dua serangan udara di Suriah dan Lebanon, yang juga memerangi sektariannya sendiri akibat perang saudara 15 tahun yang terlihat meningkat dalam aksi kekerasan menyangkut Suriah. ah.

Mayoritas Muslim Sunni Suriah memimpin perjuangan untuk menggulingkan Bashar dan dibantu oleh para petempur Islam dari kawasan itu, sejumlah dari mereka punya hubungan dengan kelompok Al Qaida.

Bashar berasal dai sekte minoritas Alawi, satu bagian dari Syiah, dan mengandalkan militer yang sebagian besar dikuasai sekte Alawi. Ia didukung oleh Iran yang berpenduduk mayoritas Syiah, satu sekutu lama, dan kini dibantu oleh kelompok Hizbullah yang Syiah di Lebanon. Kelompok itu dibentuk sebagai satu gerakan perlawanan terhadap Israel.

Pemberontak Suriah kini mengatakan apapun hasilnya, mereka akan bersekutu dengan semua kelompok untuk menyerang desa-desa Syiah dan Alawi di pihak lain perbatasan itu.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, satu kelompok yang bermarkas di Inggris mengataan pasukan Bashar yang dibantu para petempur Hizbullah sedang berusaha bergerak dari tiga arah di kota itu.

Kekerasan di Qusair, daerah Provinsi Homs, memicu bentrokan di kota Tripoli, Lebanon.

Lebih dari 25 orang tewas dalam tujuh hari baku tembak di Tripoli, salah satu dari episode-episode pertempuran yang berkaitan dengan Suriah di kota pantai itu.

Pemberontak dari seluruh Suriah mengatakan mereka telah mengirim beberapa satuan mereka ke Qusair.

Kolonel Abdeljabbar al-Okaidi,pemimpin daerah yang berpusat Aleppo Dewan Militer Tertinggi mengatakan ia dan Brigade Islam Al-Tauhid telah mengirim pasukan ke pinggiran kota itu untuk membantu para petempur Qusair.

Tetapi aktivis Malek Ammar mengatakan belum ada pasukan yang tiba.

"Tidak ada yang membantu Qusair selain para pejuang kami sendiri," katanya dikutip dari Reuters.

(H-RN)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2013