Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjajaki penguatan sektor permodalan bersama dengan perbankan untuk mempertegas upaya dekarbonisasi energi atau pengurangan emisi rumah kaca.

Direktur Konservasi Energi Kementerian ESDM Gigih Udi Atmo mengatakan, perbankan dapat turut berkontribusi dalam upaya dekarbonisasi energi dengan memberikan pembiayaan kepada proyek-proyek energi terbarukan (EBT) seperti pembangkit listrik tenaga surya, angin, uap dan air.

"Bank-bank dapat memberikan pembiayaan untuk proyek-proyek EBT dan upaya penghematan energi. Konkret nya perbankan bisa menyasar perusahaan tekstil yang ingin menggantikan energi listrik dari batu bara dengan ETB, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti risiko, tingkat pengembalian, dan dampak lingkungan," kata Gigih di Jakarta, Selasa.

Selain itu, perbankan juga dapat memberikan pembiayaan kepada upaya penghematan energi, seperti pemasangan panel surya atap dan instalasi lampu hemat energi di gedung-gedung perkantoran dan pemerintahan.

Pernyataan tersebut disampaikan Gigih dalam acara “Indonesia Knowledge Forum XII Eco Creation Empower Sustainability trought partnership and digitalization” bersama Bank Central Asia (BCA).

Pada kesempatan itu, Gigih memaparkan, sektor energi merupakan salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di Indonesia.

Kementerian ESDM mencatat emisi gas rumah kaca dari sektor energi di Indonesia pada tahun 2022 sebesar 1.224 juta ton CO2e. Angka ini setara dengan 60 persen dari total emisi gas rumah kaca di Indonesia.

“Oleh karena itu, dekarbonisasi energi menjadi salah satu upaya penting untuk mengurangi perubahan iklim sesuai kesepakatan paris agreement sebagai mana yang kerap disampaikan Presiden Joko Widodo," ujar Gigih.

Pemerintah menargetkan bauran energi terbarukan sebesar 23 persen pada tahun 2025. Untuk mencapai target tersebut diperlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk perbankan.

Bank-bank di Indonesia telah memberikan dukungan finansial yang signifikan untuk pengembangan energi terbarukan dalam negeri. Pada tahun 2022, total pembiayaan perbankan untuk energi terbarukan di Indonesia mencapai Rp15,6 triliun.

Namun kebutuhan pendanaan untuk pengembangan energi terbarukan diperkirakan mencapai 29,4 triliun Dolar Amerika Serikat hingga tahun 2050, Gigih menyebutkan, pendanaan ini dibutuhkan untuk membangun pembangkit listrik tenaga energi terbarukan, jaringan transmisi, dan infrastruktur pendukung lainnya seperti di KalimantanTimur yang akan dipasok PLTA.

“Nah dari pembangunan ini diharapkan mampu menarik investor pabrikan, apalagi ke depan emisi karbon itu bisa diperdagangkan, itulah peluang perbankan turut berkontribusi dekarbonasi sektor energi,” kata dia.

Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Sella Panduarsa Gareta
COPYRIGHT © ANTARA 2023