Jakarta (ANTARA) - Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) menyoroti peluang besar yang dapat diraih Indonesia melalui Forum Bisnis Indonesia-Eropa (IEBF) 2023 yang akan digelar pada 17 Oktober di Jakarta.

"Jadi, sebenarnya peluangnya itu seperti apa kerja sama Indonesia dengan negara-negara di Eropa?," kata Wakil Koordinator Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri KADIN Shinta W Kamdani mengawali sambutannya dalam Media Gathering IEBF 2023 di Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Jakarta, Selasa.

Untuk merinci peluang tersebut, Shinta menyebutkan bahwa Eropa merupakan salah satu sumber investasi langsung asing (FDI) terbesar di Indonesia, di mana sekitar 32,3 persen dari total FDI global berasal dari negara-negara maju di Eropa.

Shinta juga menyebutkan investasi Eropa di negara-negara yang tergabung dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), yang nilainya bisa mencapai 24 miliar dolar AS (sekitar Rp377,8 triliun), dengan potensi terbesar dari kawasan Eropa berupa investasi yang berkelanjutan.

"Jadi kalau digeneralisasikan, negara-negara Uni Eropa ini lebih banyak fokus pada sustainability, dengan pendanaan untuk sustainable development mencapai setengah triliun euro (sekitar Rp8,3 kuadriliun) antara 2021-2027 ke berbagai negara di dunia, khususnya negara-negara berkembang," kata dia.

Sementara itu, meski mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, negara-negara dari kawasan Eropa tetap menjadi pasar tujuan ekspor terbesar ketiga di dunia setelah China dan Amerika Serikat.

Baca juga: Kemlu: Forum Bisnis Indonesia-Eropa fokus pada lima sektor prioritas

Lebih lanjut, Shinta juga menyebutkan bahwa total impor Uni Eropa (EU) hingga kuartal kedua 2023 mencapai 228,9 miliar dolar AS (sekitar Rp3,60 kuadriliun).

"Jadi, ini angka yang sangat signifikan," kata Shinta.

Secara komparatif, menurut dia, Indonesia belum mengoptimalkan peluang yang ada karena Indonesia masih tercatat sebagai eksportir terbesar kelima di ASEAN. Sementara nilai ekspor Indonesia ke Eropa hanya mencapai 26,7 miliar dolar AS (sekitar Rp420,5 triliun) atau 11,3 persen dari total ekspor ASEAN.

Untuk itu, Shinta menilai Indonesia perlu memanfaatkan kesempatan yang ada untuk meningkatkan kerja sama dan perolehan yang lebih banyak lagi bagi perekonomian melalui forum bisnis tersebut.

"Jadi, kenapa saya menunjukkan angka ini, karena kesempatan dan potensinya masih besar. Ini saya rasa sangat penting, dan ini yang harus kita tingkatkan," kata dia.

Sementara itu, Shinta menyebut belum selesainya perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (I-EU CEPA) sebagai salah satu hambatan untuk bisa memaksimalkan potensi tersebut.

Untuk itu, pemerintah tengah berupaya agar perundingan perjanjian tersebut bisa diselesaikan pada akhir tahun ini sehingga diharapkan bisa meningkatkan kerja sama yang lebih luas lagi antara Indonesia dengan negara-negara di kawasan Eropa.

"Jadi, pemerintah sedang mengejar bagaimana bisa menyelesaikan negosiasi IEU CEPA ini," ujar Shinta.

Baca juga: Mendag tegaskan Indonesia mau selesaikan perundingan IEU-CEPA

Baca juga: Indonesia-Uni Eropa komitmen akselerasi perundingan IEU CEPA

Pewarta: Katriana
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
COPYRIGHT © ANTARA 2023