Bandarlampung (ANTARA News) - Para siswa dan guru di sejumlah SMA dan SMK di Bandarlampung dan Lampung Selatan antusias untuk mengembangkan media di sekolah masing-masing sebagai sarana pengembangan minat, bakat, dan hobi serta kreativitas siswa di sekolah tersebut.

Antusiasme para guru dan belasan siswa itu terungkap dalam Pelatihan Menulis yang digelar Lampung Media Center (LMC) selama beberapa hari berlangsung bergantian dan berakhir pada Sabtu (25/5) petang, dengan instruktur-fasilitator para redaktur dan jurnalis darai beberapa media massa di Lampung dibantu aktivis pegiat pendidikan dan antikorupsi di daerah ini.

Menurut Direktur Lampung Media Center, Oyos Saroso HN, pelatihan menulis untuk guru pembimbing media sekolah dan siswa pengelola dan calon pengelola media sekolah itu, bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Provinsi Lampung merupakan angkatan pertama dengan target memberikan bekal kemampuan praktis bagi para siswa dengan bimbingan guru masing-masing agar dapat menerbitkan media sekolah secara kontinu.

Materi yang diberikan selain teori jurnalistik umumnya, juga simulasi dan praktik wawancara dan menulis, baik untuk para guru maupun pelajar serta diakhiri dengan praktik membuat media sekolah secara berkelompok oleh para peserta.

Salah satu instruktur yang juga jurnalis Harian Umum Lampung Post, Adian Saputra, menilai bahwa antusiasme guru dan siswa untuk mengembangkan media sekolah di Lampung tergolong luar biasa.

Selama beberapa hari mengikuti pelatihan sejak pagi hingga petang, hampir tidak ada peserta yang tidak hadir, dan semuanya dapat mengikuti rangkaian pelatihan dengan secara aktif menjalankan panduan yang diberikan para instruktur, antara lain dari LKBN Antara Biro Lampung, Harian Umum Lampung Post, jurnalis The Jakarta Post di Lampung, aktivis dan pimpinan Komite Antikoprupsi (KoAK) Lampung, dan beberapa lainnya.

Namun, sejumlah guru dari beberapa sekolah itu, masih mengeluhkan dukungan pihak sekolah khususnya para kepala sekolah yang minim dalam mendorong penerbitan media sekolahnya.

Beberapa guru dan siswa di sekolah itu mengeluhkan ketiadaan dukungan dana yang diperlukan untuk mengembangkan dan menerbitkan media sekolah secara kontinu.

Para guru dan siswa itu juga berkeluh kesah adanya kepala sekolah yang sampai memangkas sekecil mungkin biaya yang diperlukan untuk menerbitkan media di sekolah mereka.

Akibatnya, guru pembina dan siswa pengelola media sekolah harus berupaya mencari donatur dan sponsor atau terpaksa patungan membiayainya agar tetap dapat menerbitkan media sekolahnya.

Beberapa sekolah, antara lain di SMA Negeri 2 Bandarlampung dan SMAN 9 Bandarlampung, menurut guru pembina media sekolah tersebut, memberikan dukungan pembiayaan untuk penerbitan majalah sekolahnya secara berkesinambungan setiap tahun sehingga dapat terbit secara berkala sesuai kesanggupan siswa pengelolanya.

Pelatihan menulis yang diawali untuk 30-an guru pembina media sekolah, terutama guru bahasa Indonesia dari belasan SMA/SMK negeri dan swasta di Bandarlampung serta satu sekolah, SMAN 1 Natar di Kabupaten Lampung Selatan berlangsung sejak Selasa (21/5), dilanjutkan dengan pelatihan menulis bagi puluhan siswa sekolah tersebut yang berlangsung selama tiga hari (22-24/5).

Pada akhir pelatihan seluruh peserta dalam kelompok kerja mereka, diberi tugas membuat media sekolah masing-masing.

Para siswa yang membaur antarsekolah yang berbeda itu, dalam waktu relatif singkat tak sampai setengah hari, mampu membuat lima media sekolah satu halaman penuh dengan nama dan isi yang mereka tentukan masing-masing.

"Sangat membanggakan dan mengagumkan semangat para guru dan siswa untuk mengembangkan media sekolah ini," kata Oyos Saroso HN.

Ia pun menambahkan, "Seharusnya pihak sekolah khususnya kepala sekolah dan Dinas Pendidikan serta berbagai pihak lainnya dapat membantu secara aktif untuk mendorong media sekolah di Lampung semakin tumbuh dan berkembang makin berkualitas."
(T.B014)

Oleh Budisantoso Budiman
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2013