Tokyo (ANTARA News) - Yen menguat di perdagangan Asia pada Senin pagi karena investor mengunci keuntungan dari lonjakan dolar baru-baru ini, namun penurunan unit Jepang itu masih wajar, kata para dealer.

Dalam perdagangan Tokyo, greenback diambil di 101,01 yen, turun dari 101,14 yen di New York Jumat dan 102,33 yen di Tokyo pada Jumat pagi.

Pelemahan dolar "akan berlangsung hanya untuk waktu yang singkat karena minat untuk membeli tetap kuat," kata seorang dealer senior di sebuah bank besar di Tokyo.

Dolar menguat melewati 103 yen bulan ini, mencapai tingkat tertinggi sejak Oktober 2008 di tengah aksi agresif pelonggaran moneter Bank of Japan (BoJ) dan data ekonomi Amerika Serikat yang kuat. Pelonggaran cenderung menekan mata uang nasional tersebut.

Perdagangan dolar telah dipengaruhi oleh interpretasi yang berbeda atas komentar dari Ketua Federal Reserve AS Ben Bernanke pekan lalu, meskipun dealer umumnya menunjukkannya sebagai mengatakan bahwa Fed perlu data lebih dari beberapa bulan sebelum pihaknya akan mengekang program pembelian obligasi.

Dalam perdagangan lainnya, euro juga melemah terhadap mata uang Jepang di posisi 130,57 yen dari 130,82 yen pada Jumat, sementara euro dibeli 1,2926 dari 1,2936 dolar.

Angka dari kantor statistik resmi Jerman pada Jumat menunjukkan bahwa produk domestik bruto (PDB) ekonomi terbesar Eropa itu mencatat pertumbuhan 0,1 persen dari Januari sampai Maret, dengan hanya belanja konsumen dalam wilayah positif.

Namun, angka-angka tersebut berarti bahwa Jerman telah berhasil mengatasi resesi menyusul kontraksi tajam 0,7 persen pada kuartal sebelumnya, karena zona euro masih terperosok dalam kegelapan ekonomi.

Kepercayaan bisnis Jerman juga naik tak terduga pada Mei, dengan indeks iklim bisnis naik menjadi 105,7 poin di Mei dari 104,4 poin pada April.

"Ifo Jerman meningkat lebih dari yang diharapkan pada Mei menunjukkan bahwa ekonomi akan tumbuh pada kecepatan yang lebih terukur daripada kinerja kuartal pertama 0.1 persen," kata National Australia Bank dalam sebuah catatan.

Editor: Desy Saputra
COPYRIGHT © ANTARA 2013