Jakarta (ANTARA News) - Perilaku pembeli di era globalisasi ini semakin kompleks,  kata Ketua Umum Indonesia e-Commerce Association (idEA) Daniel Tumiwa.

"Sekarang ini pembeli lebih ke gimana gue, semau gue. Setiap orang memiliki pilihan sendiri-sendiri," katanya saat peluncuran perangkat lunak layanan analisis bisnis di Jakarta, Senin.

Menurut Daniel,  pembeli saat ini lebih leluasa untuk menentukan jenis, waktu, dan tempat barang dibeli.

"Mereka lebih punya power seperti saya maunya sekarang, sementara tetangganya juga mau sekarang, alamatnya berbeda, sumbernya beda, modelnya juga beda," tuturnya.

Dia menilai tren transaksi seperti itu akan terus tumbuh hingga dua bahkan tiga tahun lagi.

"Dulu, orang ke pasar melihat-lihat, membeli dan membawa pulang sesuatu. Sekarang, penjualnya yang harus nyamperin pembeli dimana lokasi dan maunya juga beda-beda. Dan nanti namanya sudah bukan e-commerce lagi tapi dagang, ya dagang zaman sekarang seperti itu," katanya.

Namun, Daniel mengatakan tantangan yang dihadapi e-commerce saat ini yakni kepercayaan. 

"Semuanya sudah beres, logistik, teknologi, warehousing tinggal masalah kepercayaan saja," katanya.

Dia memaparkan hal tersebut didasari belum banyaknya orang di Indonesia memanfaatkan e-commerce yang baru ramai dua tahun terakhir dan hanya lewat bisnis-bisnis tertentu, seperti maskapai penerbangan.   

"Mungkin baru sekitar 20 jutaan orang yang percaya, sisanya 200 jutaan dari total penduduk Indonesia kan belum tahu," katanya. 

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2013