Jakarta, 28/5 (Antara) - Dirut PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan optimistis Sistem Monitoring dan Pengendalian (SMP) Bahan Bakar Minyak bisa mengurangi penyalahgunaan penggunaan BBM bersubsidi hingga Rp4 triliun per tahun.

"Kalau nanti kita bisa menggunakan sistem ini dan dapat mengurangi penyalahgunaan satu juta kiloliter dalam satu tahun, dikali minimalnya Rp4 ribu, maka bisa menyelamatkan Rp4 triliun," kata Karen dalam rapat kerja dengan Komisi VII di DPR, Jakarta, Selasa malam.

Menurut dia, penerapan SMP yang memakan biaya Rp703 miliar per tahun untuk biaya sewa sistem kepada PT Inti selaku pemenang tender masih lebih kecil dibandingkan dengan jumlah penyalahgunaan BBM bersubsidi yang terjadi saat ini.

"Sementara ini biayanya hanya Rp703 miliar setahun, jadi bisa menutupi biaya SMP ini bila nanti dijalankan," katanya.

Perjanjian investasi PT Inti dengan Pertamina untuk proyek SMP berlaku dalam jangka waktu selama lima tahun.

Dalam biaya sewa tersebut Pertamina membayar berdasarkan jumlah liter BBM yang didistribusikan selama lima tahun.

Karen memastikan, setelah lima tahun proyek SMP berjalan, peralatan yang diinvestasikan PT Inti akan sepenuhnya menjadi hak milik Pertamina.

Pertamina menyatakan akan mulai secara bertahap memberlakukan SMP BBM pada Juli 2013.

"Akan berjalan bertahap dan dimulai di DKI Jakarta pada Juli 2013," kata Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero), Hanung Budya.

Hingga minggu ketiga bulan Mei 2013, pihaknya sudah memasang sistem ini di empat SPBU di Jakarta yg akan digunakan sebagai percontohan.

Pihaknya berharap sistem ini bisa terpasang pada 276 SPBU di Jakarta sebelum Juli 2013.

Menurut dia, setelah sistem tersebut bisa berjalan dengan baik, pihaknya akan melanjutkan pemasangan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. "Setelah di Jakarta, program ini akan kami rolling out pada bulan berikutnya di Jabar, Jateng, Jatim, Bali dan Kalimantan," katanya.

Hanung berharap pada Juni 2014 sistem ini sudah terpasang di seluruh SPBU.

Menurut dia, dalam menerapkan SMP BBM pihaknya juga akan memasang RFID tag pada sekitar 100 juta kendaraan yang terdiri dari 80 juta sepeda motor, 11 juta mobil pribadi, tiga juta bus dan enam juta truk. "Pekerjaan ini tidak mudah karena kami harus memasang RFID tag di 100 juta kendaraan," kata Hanung.

(A064/T007)

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2013