Tripoli, Libya (ANTARA News) - Sejumlah penyerang tak dikenal melemparkan peledak ke sebuah pos pemeriksaan militer di kota Benghazi, Libya timur, Rabu pagi, menewaskan tiga prajurit dan mencederai tiga lain, kata pejabat-pejabat keamanan.

Kekerasan itu merupakan yang terakhir dalam gelombang serangan terhadap pasukan keamanan di kota itu, yang merupakan tempat lahirnya pemberontakan 2011 melawan Muamar Gaddafi, lapor Reuters.

"Pada tengah malam, penyerang-penyerang tak dikenal yang naik sebuah mobil Chevrolet warna hitam melemparkan peledak ketika mereka melewati patroli militer di salah satu bundaran kota (Benghazi)," kata satu sumber kepolisian.

"Tidak ada penembakan. Mereka (penyerang) kemudian melarikan diri," tambahnya.

Abdullah al-Shaafi, juru bicara operasi pengamanan Benghazi, mengkonfirmasi bahwa tiga prajurit tewas dan tiga lain cedera dalam serangan tersebut.

Benghazi, tempat lahirnya pemberontakan anti-pemerintah yang menggulingkan rejim Muamar Gaddafi, dilanda pemboman dan serangan-serangan terhadap aparat keamanan dan juga konvoi serta organisasi internasional dan beberapa misi Barat.

Pihak berwenang menyalahkan kelompok garis keras atas kekerasan itu, termasuk serangan mematikan pada September terhadap Konsulat AS di Benghazi yang menewaskan Duta Besar Chris Stevens dan empat warga lain Amerika.

Pemerintah baru Libya hingga kini masih berusaha mengatasi banyaknya individu bersenjata dan milisi yang memperoleh kekuatan selama konflik bersenjata yang menggulingkan Gaddafi.

Gaddafi (68), pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa dan bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak, diumumkan tewas oleh kelompok pemberontak Dewan Transisi Nasional (NTC) pada 20 Oktober 2011.

NTC, yang memelopori pemberontakan untuk menggulingkan pemerintah Gaddafi, mendeklarasikan "pembebasan" Libya tiga hari setelah penangkapan dan pembunuhan orang kuat itu pada 20 Oktober.

Selama konflik, dewan itu mengatur permasalahan kawasan timur Libya yang dikuasai pemberontak dan melobi keras untuk pengakuan diplomatik dan perolehan dana untuk mempertahankan perjuangan berbulan-bulan dengan tujuan mendongkel kekuasaan Gaddafi. (M014) 

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2013