Amman (ANTARA) - Yordania pada Sabtu menyebut setiap tindakan Israel untuk menerapkan lagi pemindahan paksa warga Palestina akan menyeret kawasan Timur Tengah ke “jurang” konflik kawasan yang lebih luas.

Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi juga mengatakan bahwa blokade bantuan kemanusiaan yang diberlakukan Israel kepada Gaza dan memaksa penduduknya meninggalkan rumah mereka ketika Israel meningkatkan aksi militernya, adalah terang-terangan pelanggaran terhadap hukum internasional.

Israel memberi waktu kepada seluruh penduduk Jalur Gaza sebelah utara sampa Sabtu pagi lalu, untuk bergerak ke selatan sebelum serangan darat dilancarkan Israel dalam rangka membasmi Hamas.

Untuk itu, Israel menyatakan dua jalan dibuka sampai jam 16.00 waktu setempat (20.00 WIB) untuk warga Palestina yang hendak menyelamatkan diri.

Safadi mengatakan serangan militer terhadap Hamas membunuh warga sipil yang tidak bersalah dan akan membawa keputusasaan serta kehancuran yang tak akan membuat Israel merasa aman.

"Perang ini tengah membunuh dan membuat warga Palestina yang tidak bersalah menjadi pengungsi dan akan membuat kawasan ini dan dunia menghadapi dampak kehancuran dan keputusasaan yang dibuat Israel di Gaza," kata Safadi setelah bertemu dengan mitranya dari Kanada.

"Hal ini tidak akan menciptakan keamanan atau perdamaian," kata Safadi. Pernyataan itu merupakan kalimat paling keras yang disampaikan Yordania sejak konflik tersebut pecah akibat serangan lintas batas Hamas sepekan silam.

Desakan Israel agar seluruh penduduk Gaza meninggalkan rumah mereka adalah “garis merah” yang akan ditentang masyarakat Arab, tandas Safadi. 

"Ini akan membawa kawasan ini ke dalam neraka perang … kita harus mengakhiri kegilaan ini," sambung Safadi.

Perang yang terus berkecamuk juga mengancam menyebar di bidang lain, kata Safadi, seraya menambahkan bahwa "kekerasan akan melahirkan kekerasan dan kehancuran yang lebih besar lagi."

Raja Abdullah pada Sabtu terbang ke Eropa guna meningkatkan upaya diplomatik yang dirancang Yordania yang menurut Safadi berusaha menggalang dukungan guna mengakhiri bencana kemanusiaan yang akan terjadi di Gaza dan mencegah kehancuran lebih luas.

Raja Salman berkata kepada Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Amman pada Jumat (13/10) bahwa prioritas Saudi adalah melindungi warga sipil di kedua belah pihak dan memastikan Israel membolehkan bantuan mendesak masuk ke Gaza.

Safadi mengatakan Raja Salman juga menggarisbawahi sikap Yordania yang menolak pemindahan paksa warga Palestina dari tanah airnya.

Yordania, yang kehilangan Tepi Barat termasuk Yerusalem Timur setelah wilayah itu jatuh ke tangan Israel selama perang Timur Tengah 1967, khawatir meluasnya kekerasan akan berdampak pada penduduk Yordania yang sebagai besar merupakan bangsa Palestina.

Sumber: Reuters


Baca juga: Israel bersiap serbu Gaza, Menlu AS temui Raja Yordania

Baca juga: Raja Abdullah: Tanpa negara Palestina, Timur Tengah tak akan damai


 

Penduduk Kota Gaza mengungsi ke selatan

Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Tia Mutiasari
COPYRIGHT © ANTARA 2023