Nusa Dua (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menilai pelemahan nilai tukar rupiah akhir-akhir ini tidak sebesar yang terjadi pada mata uang lain.

"Penyebab yang utama adalah karena pasar merespon kebijakan yang dilakukan Bank Sentral Amerika Serikat, the Fed dan adanya peningkatan permintaan korporasi menjelang akhir bulan," kata Agus Martowardojo di sela seminar internasional keuangan syariah di Nusa Dua, Bali, Kamis.

Agus mengakui nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah Rp10 hingga mencapai lebih dari Rp9.800 per dolar AS.

"BI memang melakukan intervensi untuk menjaga nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamental perekonomian," katanya.

Ia menyebutkan BI akan terus menjaga kepercayaan masyarakat terhadap rupiah dan memastikan ketersediaan likuiditas.

"BI akan melakukan intervensi ketika diperlukan," kata Agus. Sementara itu nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Kamis pagi bergerak melemah sebesar delapan poin terimbas sentimen negatif eksternal.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak melemah sebesar delapan poin menjadi Rp9.818 dibanding sebelumnya di posisi Rp9.810 per dolar AS.

"Penguatan rupiah tertahan dari pemangkasan proyeksi ekonomi China oleh lembaga Dana Moneter Internasional (IMF) sehingga terefleksi pada pelemahan mata uang China, yuan," ujar Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada.

Ia menambahkan pelemahan mata uang China terhadap dolar AS itu berimbas pada sejumlah mata uang di Asia Pasifik termasuk nilai tukar rupiah.

Pewarta: Agus Salim
Editor: Unggul Tri Ratomo
COPYRIGHT © ANTARA 2013