Jakarta (ANTARA News) - Filipina dan China perlu menahan diri, serta mengutamakan dialog dan perundingan damai untuk menyelesaikan setiap insiden di perairan sengketa Laut China Selatan.

"Negara yang terlibat dalam perkembangan terakhir ini agar menghindari jalan kekerasan dan mengedepankan dialog, diplomasi dan negoisasi damai," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Michael Tene, di New York, saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Jumat.

Tene menambahkan, hal itu juga menyangkut sikap kooperatif antarnegara yang sangat berpengaruh demi kemajuan pembahasan Kode Tata Berperilaku (Code of Conduct/CoC) Laut China Selatan.

Pembahasan mengenai CoC, yang sebenarnya merupakan gagasan lama dan termasuk bagian dari Deklarasi Tata Berperilaku (DoC) pada 2003, mencuat saat kunjungan Menlu China Wang Yi ke Indonesia beberapa pekan lalu.China, saat itu, menyatakan komitmennya untuk selalu menjaga stabilitas di kawasan dan mengedepankan dialog dalam penyelesaian sengketa.

Menurut Tene, isu persengkataan di perairan yang dianggap kaya potensi ekonomi ini, jangan selalu disikapi dengan perselisihan antarnegara karena dikhawatirkan malah berujung pada konflik terbuka.

Sebaliknya, jika isu perairan ini dikelola dengan baik, masing-masing negara dapat menikmati keuntungan ekonomi karena stabilitas regional yang terjaga.

Segala perkembangan terakhir yang kembali mencuatkan ketegangan, ujar Tene, menegaskan kembali pentingnya kemajuan pembahasan CoC.

Namun, lanjut Tene, masalah klaim wilayah perbatasan, nanti diselesaikan oleh masing-masing negara, dengan peran CoC yang menjaga kondusifnya hubungan dan memulihkan kepercayaan antarbangsa .

(I029)

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ella Syafputri
COPYRIGHT © ANTARA 2013