Singapura (ANTARA News) - Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung mengatakan negara di luar kawasan Asia Tenggara hendaknya menaruh kepercayaan pada Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) menjadi perantara jujur dalam memandu berbagai kerja sama kawasan.

"ASEAN bangga menjadi contoh, yang memiliki prinsip konsensus dan saling percaya dalam pembuatan keputusannya," kata PM Dung dalam pidato kuncinya pada pembukaan Pertemuan Tingkat Tinggi Keamanan ke-12 atau Shangri-La Dialogue (SLD), yang diselenggarakan Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS) di Singapura pada Jumat malam.

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan sejumlah menteri pertahanan serta pejabat tinggi keamanan di kawasan Asia-Pasifik, seperti, Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, dan Australia, serta Eropa mengikuti SLD pada 31 Mei-2 Juni itu.

Dalam acara dipandu Direktur Jenderal dan Direktur Eksekutif IISS Dr John Chipman tersebut, PM Dung mengatakan prinsip itu menjadi dasar kesamaan derajat di antara negara anggota ASEAN, baik Indonesia -yang berpenduduk seperempat miliar- maupun Brunei Darussalam, yang berpenduduk setengah juta jiwa.

Ia menyatakan Vietnam dan negara anggota lain di ASEAN selalu menginginkan negara lain di luar perhimpunan itu, khususnya negara besar, mendukung peran sentral Masyarakat ASEAN, prinsip konsensus dan persatuannya.

Ada pelajaran mendalam mengenai nilai dasar konsensus dan persatuan ASEAN dalam memelihara hubungan sederajat dan saling menguntungkan dengan negara mitra dan memaksimalkan peran proaktif dalam menangani masalah strategis di kawasan itu, katanya.

"ASEAN hanya bisa kuat dan mampu membangun perannya manakala bersatu. Jika tak bersatu, ASEAN akan kehilangan tempat berpijak dan tak akan bertindak demi kepentingan tiap negara, bahkan negara anggota atau mitranya," kata PM Vietnam.

"Kita memerlukan ASEAN yang bersatu dan kuat, bekerja sama secara efektif dengan semua negara untuk memelihara perdamaian dan kemakmuran di kawasan ini, bukan ASEAN dengan negara anggotanya berpihak pada satu negara atau yang lain demi keuntungan hubungan mereka dengan negara besar." katanya.

"Kita memiliki tanggung jawab untuk melipatgandakan kepercayaan dalam menyelesaikan masalah, meningkatkan kerja sama demi keuntungan bersama dan menggabungkan kepentingan nasional secara serasi dengan negara lain dan seluruh kawasan," katanya.

Dengan pola pikir memperhatikan pada kepentingan bersama daripada permainan menang-kalah, katanya, perluasan KTT Asia Timur (EAS) untuk memasukkan Rusia dan Amerika Serikat, proses ADMM yang menjadi kenyataan di Vietnam pada 2010, dan keberhasilan EAS, Forum Kawasan Asia (ARF) dan ADMM pada tahun-tahun berikutnya menggalang lebih jauh pijakan bagi bangunan kawasan, tempat ASEAN memainkan peran sentral, membawa kepercayaan dalam kerja sama keamanan multilateral di kawasan itu.

Pada pidatonya dalam bahas Vietnam itu, PM Dung menggarisbawahi negara di kawasan Asia-Pasifik pada khususnya harus membangun dan menggalang kepercayaan strategis untuk mencapai perdamaian, pembangunan dan kesejahteraan.

Ia memberi contoh Vietnam yang memiliki kepercayaan besar atas masa depan cerah pembangunan dan kerja sama di kawasan itu.

"Namun kecenderungan peningkatan persaingan, khususnya di antara kekuatan besar, tidak hanya memberikan unsur positif, tapi juga membawa risiko negatif, yang membuat kami harus mengambil prakarsa dan bekerja sama untuk mencegah hal yang tak diinginkan," katanya.

Ia menyebutkan perkembangan yang tak dapat diperkirakan di semenanjung Korea, pertikaian kedaulatan dan wilayah di Laut China Timur hingga Laut China Selatan, yang makin rumit, mengancam perdamaian dan keamanan kawasan itu.

Untuk membangun kepercayaan strategis, semua negara perlu mematuhi hukum internasional, menjunjung tinggi tanggung jawab negara, khususnya negara besar, dan memperbaiki efisiensi mekanisme kerja sama keamanan multilateral.

"Setiap negara hendaknya selalu menjadi pemangku kepentingan, yang bertanggung jawab dalam mencapai perdamaian dan keamanan. Negara besar atau kecil harus membangun hubungan atas dasar persamaan dan saling menghormati serta saling menaruh kepercayaan strategis," katanya.

Dalam pidatonya itu, PM Dung memiliki persamaan pandangan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang berpidato dalam forum sama pada tahun lalu.

Presiden Yudhoyono menekankan bahwa negara kecil dan sedang bisa membantu menyertakan kekuatan besar dalam bangunan kawasan, yang bisa berlangsung lama.

"Saya juga setuju dengan Perdana Menteri Lee Hsien Loong atas yang ia katakan dalam pidatonya di Beijing pada September bahwa kerja sama bertanggung jawab dan dapat dipercaya antara Amerika Serikat dengan China akan memberi sumbangan positif bagi kepentingan bersama di kawasan ini," tambah PM Vietnam.

ASEAN beranggota 10 negara, yakni Brunei, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand dan Vietnam.

(M016)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2013