Yogyakarta (ANTARA News) - Gunung Merapi yang status aktivitasnya akan diturunkan dari 'awas' menjadi 'siaga' pada Rabu 12 Juli ini, masih menunjukkan aktivitas kegempaan dan guguran lava pijar, sedangkan awan panas tidak terjadi. Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Drs Subandriyo, Rabu menyebutkan dari pukul 00.00 hingga 06.00 WIB teramati guguran lava pijar terjadi 15 kali mengarah ke hulu Kali Gendol (lereng selatan) dengan jarak luncur maksimum satu kilometer. Sedangkan hasil rekaman seismograf tercatat gempa guguran 30 kali dan gempa tektonik dua kali. Gempa fase banyak atau multiphase (MP) dan gempa karena awan panas tidak terjadi. Sementara itu, pengamatan visual terhadap puncak Merapi menunjukkan cuaca pada pagi hari umumnya cerah, asap solfatara berwarna putih tipis, tekanan lemah dan ketinggian asap maksimum sekitar 150 meter dari puncak gunung yang teramati dari pos pengamatan di Jrakah (Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah). Kata dia, karena status aktivitas Merapi masih 'awas', khusus sektor Gendol sampai radius delapan kilometer dari puncak gunung, BPPTK tetap merekomendasikan agar wilayah di sepanjang alur Kali Krasak/Bebeng, Bedog, Boyong dan Kali Gendol dalam radius delapan kilometer dari puncak gunung pada jarak 300 meter dari tebing sungai tetap dikosongkan, karena masih berpotensi terancam awan panas. Warga juga diingatkan agar menghentikan semua kegiatan terutama penambangan pasir di sungai-sungai itu, bertani, berkebun dan beternak di sekitar sungai yang berhulu di gunung tersebut dalam radius delapan kilometer. "Pendakian ke puncak Merapi juga masih dilarang," sambungnya. Seperti telah diberitakan, status aktivitas Merapi akan diturunkan dari `awas` menjadi `siaga` pada 12 Juli 2006, setelah tren aktivitasnya menurun sejak 4 Juli lalu. Bahkan menurut Kepala BPPTK Yogyakarta Dr A Ratdomopurbo, Selasa (11/7), sejak 3 Juli lalu tidak terjadi awan panas hingga dua hari terakhir. "Ini menjadi salah satu pertimbangan untuk menurunkan status aktivitas Merapi," sambungnya. Ia mengatakan pihaknya telah berdiskusi mengenai hal tersebut dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral yang berkedudukan di Bandung. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006