Makassar (ANTARA NEWS) - Jauh dari hiruk pikuk kota, di GOR Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan, ada perayaan nostalgia dari para legenda bulu tangkis Indonesia dalam acara PB Djarum Badminton All Stars 2013 pada Sabtu (1/6).

Para pecinta bulu tangkis Makassar mendapat pemandangan langka untuk menyaksikan kembali duet ganda Ricky Soebagdja-Rexy Mainaky yang pernah menyabet hampir seluruh turnamen bergengsi dunia, termasuk medali emas Olimpiade Atlanta 1996.

Keduanya masih terlihat sangat kompak sehingga membawa lagi suasana pada masa-masa kejayaan mereka ketika menjadi ganda putra yang paling ditakuti pada era 90-an.

Ricky-Rexy masih dieluk-elukan ratusan penonton saat menghadapi ganda putra terbaik lain Indonesia, Sigit Budiarto-Candra Wijaya, yang juga pernah menjuarai berbagai gelar yang salah satunya adalah Juara Dunia 1997 di Glasgow, Skotlandia.

Pertarungan Ricky-Rexy dengan Sigit-Candra bukanlah duel serius yang menampilkan dua ganda terbaik yang pernah dimiliki Indonesia namun justru suguhan yang mampu mengocok perut penonton.

Rexy yang dikenal ekspresif langsung berbuat ulah saat ia protes ke wasit karena Sigit-Candra lebih dulu unggul 2-0. Ia berlaga marah-marah ke wasit. Melihat itu, Ricky lalu menariknya ke lapangan. Rexy pun patuh. Baru beberapa saat main, ia berlalu dari lapangan, ganti raket, tetapi sambil tetap menyambar melakukan smes.

Pukulan keras pun saling dilancarkan oleh kedua pasangan dengan berbagai macam gaya memukul mereka yang memukau. Ricky menghujam smes yang dibalas oleh Candra berkali-kali. Rexy dan Sigit pun berlaga menonton. Tak lama, Sigit malah pindah ke sisi tempat Ricky-Rexy, ikut-ikutan menyerang Candra. Alhasil penonton tertawa melihat ulah mereka.

Rexy pun kadang usil bertingkah protes ke hakim garis ketika skornya semakin tertinggal atau lompat-lompat kegirangan secara berlebihan saat mampu mencetak poin.

Duel pun dimenangi pasangan Sigit-Candra yang unggul 21-15 atas Ricky-Rexy.

"Tadi capeknya karena banyak tertawa. Kami melakukannya dengan senang hati," kata Rexy.

Ricky menambahkan, "Yang pasti tadi temu kangen karena bisa dipasangkan lagi dengan Rexy. Jadi mengenang masa-masa berjaya kita dulu."

Ricky, yang kini menjabat Kasubid Humas dan Sosia Media Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia itu berharap pertunjukan tadi dapat menghibur sekaligus memberi motivasi.

"Semoga dengan cara ini anak-anak yang menonton bisa termotivasi. Begitu juga orang tua yang melihat, bisa mendukung putra putrinya menjadi atlet. Saya salut dengan acara ini dan bisa mengumpulkan legenda-legenda bulu tangkis. Ini jadi ajang reunian, jadi inget zaman masa jaya dulu," tutur Ricky.

Kejutan memang tidak berhenti di situ. Partai berikutnya giliran pertarungan dua keluarga yang sukses menggeluti olahraga bulu tangkis. Siapa lagi kalau bukan keluarga Mainaky yang melibatkan Richard Mainaky, Rexy Mainaky, dan Marleve Mainaky melawan keluarga Arbi yakni Hastomo Arbi, Eddy Hartono, dan Hariyanto Arbi.

Pertandingan yang dikemas secara Three on Three Badminton itu tidak jauh beda dari partai sebelumnya yang penuh dengan tingkah-tingkah konyol mereka. Kejahilan Rexy diladeni Eddy Hartono yang tidak kalah jahil.

Meskipun sudah menginjak usia 48 tahun, stamina Eddy yang pernah meraih medali perak Olimpiade Barcelona 1992 bersama Rudy Gunawan patut diacungi jempol. Dibanding dengan Hastomo dan Hariyanto, Eddy yang paling aktif "meledek" Rexy dengan "smes gledek"-nya yang terkenal.

Lalu tiba-tiba saja, Vita Marissa, Praveen Jordan yang semula hanya menonton turun ke lapangan mengganggu jalannya pertandingan diikuti semua pemain seperti Sigit Budiarto, Lius Pongoh, Maria Kristin, Ricky Soebagdja, Candra Wijaya, Rosiana Tendean, dan lainnya. Sang senior, Christian Hadinata pun tidak ketinggalan.

Saat Christian yang akrab disapa dipanggil Koh Chris ke lapangan, pemain lain yang rata-rata adalah anak didiknya berpindah ke sisi lain. Jadilah Koh Chris yang sendiri harus berhadapan dengan anak-anak didiknya yang menghujamnya dengan serangan pukulan. Koh Chris meladeni dengan membalas satu-satu. Meskipun tampak lelah, gurat kegembiraan tidak dapat disembunyikan dari legenda berusia 63 tahun itu.

"Tidak ada kata lain selain sangat terhormat dan sangat bangga karena semuanya sudah jadi orang. Saya senang sekali," ujar Christian usai pertandingan, seraya tersenyum.


Jemput Bola

Pertunjukan tadi merupakan rangkaian kegiatan yang bertujuan menyebar popularitas bulu tangkis ke berbagai wilayah tanah air.

Indonesia sebagai salah satu negara pemegang supremasi bulu tangkis dunia, memiliki banyaknya bibit-bibit unggul. Namun sayangnya, banyak yang tidak kelihatan hingga ada kalimat, "jika ingin menjadi atlet hebat harus ke Pulau Jawa."

Maka, Christian Hadinata yang juga menjabat sebagai Kepala Sub Bidang Pelatnas PBSI itu mengibaratkan acara ini sebagai ajang "jemput bola".

Sebelumnya, pecinta dan komunitas bulu tangkis di Kota Angin Mamiri juga mendapat ilmu berharga berupa "coaching clinic" dari para atlet dan legenda bulu tangkis.

Mereka diajari bagaimana cara bermain bulu tangkis yang benar serta dilatih berbagai teknik lain seperti smes, pukulan netting, dan pukulan lob.

Selain itu, para pelatih bulu tangkis Kota Makassar juga diberi pelatihan khusus sehingga diharapkan nantinya dapat memberi lagi ilmunya kepada anak didik mereka.

"Pasti senang karena dapat ilmu langsung dari atlet juara dunia. Tadi dapat ilmu smes, netting, lob," kata Muhammad Nur Ikram yang terpilih menjadi peserta "coaching clinic" terbaik.

Ikram, yang saat ini berusia 12 tahun itu pun mengaku semakin termotivasi mengejar cita-citanya menjadi atlet bulu tangkis juara olimpiade.

"Saya akan latihan terus," kata Ikram yang mengidolakan Vita Marissa itu.

Sementara itu, Rexy Mainaky yang memimpin bidang pembinaan dan prestasi di PBSI mengatakan akan lebih fokus pada pembinaan usia dini. Lewat "coaching clinic" yang dikemas dengan acara hiburan, ia juga berharap dapat membakar motivasi anak-anak potensial untuk meningkatkan prestasi mereka.

"Acara ini cukup bisa menarik animo anak-anak. Saya melihat tadi banyak yang antusias. Kedepannya kami dari PBSI memang ingin lebih memperhatikan pembinaan di usia dini," ujar Rexy yang pernah cukup lama menjadi pelatih di Malaysia itu.

"Kami harap anak-anak yang punya bakat alamiah bisa kelihatan dari acara semacam ini dan selanjutnya mereka bisa meningkatkan prestasi," tambahnya. (M047/A016)

Oleh monalisa
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2013