Beijing (ANTARA) - China mencatat peningkatan jumlah pengajuan dan pengabulan permohonan paten dari negara-negara peserta pembangunan bersama Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI) sejak tahun 2013 hingga 2022, demikian disampaikan oleh badan regulator kekayaan intelektual (intellectual property/IP) negara itu pada Selasa (17/10).

Data yang dirilis oleh Administrasi Kekayaan Intelektual Nasional (National Intellectual Property Administration/NIPA) China menunjukkan bahwa selama periode ini, jumlah aplikasi paten yang diajukan dari negara-negara peserta pembangunan bersama BRI di China meningkat dari 18.000 menjadi 29.000 dengan rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan 5,4 persen, sementara jumlah permohonan paten yang dikabulkan meningkat dari 6.000 menjadi 14.000 dengan rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan 9,8 persen.

Sebanyak 115 negara peserta pembangunan bersama BRI mengajukan permohonan paten, dengan Korea Selatan, Italia, Singapura, Austria, dan Luksemburg menduduki peringkat teratas dalam hal jumlah pengajuan paten.

Sebagian besar paten yang diajukan termasuk dalam kategori paten penemuan, sementara pengajuan lainnya meliputi pengajuan untuk paten desain dan paten model utilitas.

Selama periode yang sama, jumlah paten yang diajukan oleh China di negara-negara peserta pembangunan bersama BRI meningkat dari 2.000 menjadi 15.000 dengan rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan 25,8 persen, sementara jumlah permohonan paten yang dikabulkan melonjak dari 1.000 menjadi 8.000 dengan rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan 23,8 persen.

Komunikasi digital, teknologi komputer, dan perangkat listrik adalah tiga industri dengan volume pengajuan paten terbesar dari China.

NIPA menyatakan bahwa China berkomitmen mengembangkan lingkungan perlindungan kekayaan intelektual dan lingkungan bisnis yang lebih baik untuk berbagi peluang pembangunan dengan negara-negara lain.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2023