Magelang, (ANTARA News) - Penurunan debit air bawah tanah telah menjadi fenomena umum di berbagai daerah di Provinsi Jawa Tengah terutama awal musim kemarau sehingga harus segera ditangani secara serius, kata pengamat sosial Universitas Diponegoro Semarang Turtiantoro. "Fenomena penurunan debit air bawah adalah fenomena umum di Jateng, rata-rata keseluruhannya mengalami penurunan dan sebagian hilang," katanya di Magelang, Rabu (12/7) saat dialog anggota DPRD Provinsi Jateng dengan berbagai kalangan masyarakat di eks Karesidenan Kedu dan Surakarta. Ia mempertanyakan apakah fenomena penurunan debit air bawah tanah di Jateng itu tidak menjadi problem mengkhawatirkan kehidupan masyarakat daerah ini pada masa mendatang. Penelitian tentang sumber air bawah tanah di Kabupaten Boyolali, kata Dosen Fisipol Undip itu, telah menunjukan fenomena hilangnya ratusan sumber air bawah tanah yang mengkawatirkan untuk jangka menengah dan panjang. Menurut ahli air, katanya, tidak mudah mengembalikan debit air yang sudah turun kepada kondisi semula. Pada kesempatan dialog dengan moderator Pengajar Fisipol Undip Semarang Novel Ali itu, ia tidak menyebut nama ahli air yang menjadi acuan tersebut. Tetapi dirinya sebagai salah satu anggota tim penelitian air bawah tanah di daerah itu terutama menyangkut kondisi sosial masyarakatnya. "Kalau sudah hilang, banyak sekali mata air yang hilang, itu sangat kecil kemungkinan untuk mata air itu muncul kembali," katanya. Kawasan Gunung Merapi dan Merbabu yang sebagian wilayahnya termasuk Kabupaten Boyolali, katanya, sebagai daerah tangkapan air atau hulu sumber air bawah tanah. Sedangkan hilirnya, katanya, di sekitar Kartasura atau sebagian Kabupaten Sukaharjo dan Kota Solo. Saat sekarang ini di kawasan tersebut telah terjadi pertumbuhan industri secara pesat. "Saya tidak tahu sampai sekarang apa ada data di provinsi untuk daerah ekologis disana tentang titik-titik penyedotan sumber air bawah tanah, berapa yang diambil, kapasitas kelayakan berapa, apakah mengalami pengambilan yang berlebihan dan sebagainya," katanya. Ia menyatakan pentingnya Pemda Provinsi Jateng mengupayakan sumber daya air tidak mengalami penurunan yang tajam karena air menjadi kebutuhan sehari-hari yang vital bagi masyarakat "Selalu saja tiap tahun, awal musim kemarau terjadi keluhan tentang kekurangan air, air itu kebutuhan pokok ekonomi maupun nonekonomi karena air kebutuhan vital, kalau tidak diperhatikan akan menjadi fatal," katanya.(*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006