Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina Persero membantah bahwa hingga saat ini mereka telah menerima pembayaran subsidi BBM, meski sebelumnya dalam laporan realisasi keuangan semester I 2006 pemerintah menyatakan telah membayar subsidi BBM untuk 2006 hingga Rp4,740 triliun. "Belum dibayar sama sekali, Untuk yang 2006," kata Wakil Dirut Pertamina Iin Arifin Takhyan di Gedung DPR Jakarta, Kamis. Padahal, menurutnya, pihaknya juga telah menyampaikan permohonan ke pemerintah untuk segera dibayarkan subsidi tersebut. Dia mengatakan seandainya Pertamina tidak segera dibantu, pihaknya akan mengalami cash flow untuk memenuhi kewajiban penyediaan BBM bersubsidi. Bahkan, tambahnya, untuk subsidi BBM 2005, pemerintah belum membayar sekitar Rp9 triliun lagi. "Tapi angka itu masih `dispute` karena mengenai neraca pembukuan yang belum diaudit. Yang sisa itu cuma 5 persen sesuai ketentuan. Rp9 triliun itu 5 persen dari total subsidi," katanya Menurutnya, total subsidi BBM untuk 2006 diperkirakan mencapai Rp62 triliun dengan asumsi harga minyak APBNP 62 dolar per barel Sementara itu, Dirjen Perbendaharaan Negara Depkeu, Mulia P Nasution mengatakan pihaknya akan membayar seandainya telah ada penagihan. "Seandainya belum ditagih, ya bagaimana membayarnya," kata Mulia. Sedangkan Dirjen Anggaran dan Perimbangan Keuangan Depkeu, Achmad Rochjadi mengatakan pihaknya akan melihat kembali data yang ada. Meskipun demikian, dia mengingatkan bahwa antara Pertamina dan Pemerintah ada utang piutang, sehingga seharusnya bisa di "offset" tergantung mana yang besar dan mana yang kecil. "Kalau subsidinya lebih kecil daripada utang dia dengan sendirinya kan kita tidak usah bayar," demikian Achmad. Dalam laporan realisasi keuangan pemerintah semester I 2006, tercatat bahwa hingga 30 Juni 2006, realisasi penyerahan subsidi BBM mencapai Rp4,740 triliun atau 8,7 persen dari target APBN 2006, Rp54,267 triliun. Jumlah itu juga turun 88,2 persen dibanding realisasi periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp35,22 triliun.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006