Jakarta (ANTARA) - Dubai memang tidak cukup dianugerahi tanah subur untuk menghasilkan kopi, tetapi kota terbesar di Uni Emirat Arab itu punya pertautan kental dengan olahan minuman berwarna hitam kecoklatan tersebut.

Obsesi itu juga mewujud melalui Coffee Museum yang terletak di Al Fahidi Neighborhood, sebuah kawasan kota tua di pesisir muara Dubai.

Seperti kebanyakan destinasi di Kawasan Al Fahidi, Coffee Museum menawarkan pengalaman Dubai yang berbeda dibandingkan gedung-gedung tertinggi di dunia maupun mal-mal riuh aneka jenama.

Baca juga: Menjelajahi Dubai, simbol peradaban modern dan kreativitas manusia

Setiap pengunjung hanya perlu merogoh kocek sebesar 10 dirham Emirat Arab (AED) atau sekira Rp43 ribu untuk bisa masuk ke museum pribadi yang menempati bangunan tua dua lantai berusia nyaris 200 tahun.

Tiga ruangan di Coffee Museum memamerkan koleksi berbagai alat produksi kopi, mulai dari penggilingan hingga teko-teko yang digunakan untuk menyeduh minuman tersebut.
Pengunjung mengambil foto pernak-pernik alat penggilingan hingga penyeduhan kopi di Coffee Museum, Kawasan Al Fahidi, Dubai, Uni Emirat Arab, Selasa (24/10/2023). (ANTARA/Gilang Galiartha)
Anda juga dapat menelusuri sejarah tentang kopi, yang dipercaya pertama kali "ditemukan" khasiatnya oleh penggembala di dataran Ethiopia setelah kambingnya terjaga semalaman lantaran mengkonsumsi biji kopi.

Hal-hal itu dapat ditemui di perpustakaan mini yang berisikan berbagai literatur tentang kopi, ruang pemutaran film dokumentar tentang kopi, maupun infografis besar yang terpampang di salah satu ruangan.

Sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia, Indonesia juga turut mejeng di Coffee Museum melalui biji kopi Sumatera yang bersanding dengan biji-biji kopi asal Brazil, Peru, dan tentunya Ethiopia.

Baca juga: Mau liburan ke Dubai? Coba bermalam di gurun

Tiket masuk Coffee Museum juga sudah termasuk sajian satu teko kopi arab yang di dalamnya bercampur dengan rempah-rempah semacam kapulaga, kunyit, dan kumu-kumu atau safron.

Apabila masyarakat Aceh kerap memasukkan potongan-potongan gula aren tiap hendak menyeruput kopinya, orang-orang di Jazirah Arab menikmati kopi arab yang ditemani butir-butir kurma untuk menghadirkan pemanis alamiah.
Kopi arab yang disandingkan dengan kurma disajikan untuk pengunjung Coffee Museum, Kawasan Al Fahidi, Dubai, Uni Emirat Arab, Selasa (24/10/2023). (ANTARA/Gilang Galiartha)
Bagi masyarakat Jazirah Arab pada umumnya atau Dubai secara khusus, kopi memiliki tempat yang istimewa dalam budaya keseharian mereka.

Pemandu dari Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum Centre for Cultural Understanding (SMCCU), Khaula, menuturkan bahwa kopi adalah minuman selamat datang yang disuguhkan tuan rumah tiap kali mereka menerima tamu.

Boleh jadi terdengar aneh, mengingat masyarakat suku di Dubai dan Jazirah Arab berpindah-pindah atau mendiami hamparan gurun pasir.

Namun, Khaula menuturkan bahwa kopi menjadi gestur pertama dari si tuan rumah untuk membuka diri dan menjalin kepercayaan dengan tamu-tamunya.

Anggota termuda keluarga/suku untuk menuangkan kopi dari satu teko yang sama ke cangkir-cangkir kecil yang diminum bersama-sama oleh tuan rumah dan tamunya, demi memastikan bahwa pertemuan dilandasi kepercayaan.

"Demi menghilangkan kecurigaan antarsuku yang saling mengunjungi, tuan rumah memastikan mereka tidak meracuni air yang disuguhkan kepada tamu dalam bentuk seduhan kopi," kata Khaula.

Baca juga: Dubai ingin ubah citra destinasi pariwisata mahal

Baca juga: Tiga destinasi wisata sejarah yang bisa dikunjungi di Dubai

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2023