Kota Gaza (ANTARA) - Setelah istri dan anak-anaknya tewas dalam serangan udara Israel, koresponden Al Jazeera di Gaza, Wael al-Dahdouh, berjanji untuk terus melaporkan kampanye pemboman intensif Israel di wilayah kantong yang terkepung tersebut.

“(Serangan) ini tidak akan pernah membungkam suara kami. Jurnalisme adalah misi mulia kami,” kata al-Dahdouh kepada Anadolu.

Pernyataannya itu muncul sehari setelah istri, putra, putri, cucu, dan delapan kerabat dia lainnya menjadi korban serangan Israel terhadap sebuah rumah di kamp pengungsi Al-Nuseirat di Gaza tengah, tempat mereka berlindung setelah mengungsi.

“Israel menargetkan warga sipil dan melakukan pembantaian terhadap keluarga-keluarga,” kata al-Dahdouh.

“Ini adalah bagian dari apa yang sedang dialami oleh para keluarga Palestina di Gaza setiap hari,” tambahnya.

Al-Dahdouh menerima berita kematian keluarganya saat dia sedang meliput serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza, dari kantor biro Al Jazeera.

Televisi Al Jazeera menayangkan video korespondennya itu yang sedang menggendong jenazah putrinya dan menatap jenazah putranya yang tergeletak di lantai rumah sakit.

Meski kehilangan keluarganya, Al-Dahdouh menyatakan bahwa dia tetap bertekad untuk melanjutkan tugasnya meliput serangan Israel di Gaza.

Hampir 8.000 orang tewas dalam perang Israel-Hamas, termasuk sedikitnya 6.546 warga Palestina dan 1.400 warga Israel.

Sebanyak 2,3 juta penduduk Gaza sudah mulai kehabisan makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar, sedangkan konvoi bantuan kemanusiaan yang diizinkan masuk ke Gaza hanya membawa sebagian kecil dari yang dibutuhkan.

Sumber: Anadolu
Baca juga: Keluarga jurnalis Al Jazeera tewas terkena serangan udara Israel
Baca juga: Menteri Komunikasi Israel berupaya bungkam media Al Jazeera
Baca juga: Israel tak izinkan interogasi terkait kematian jurnalis Al Jazeera

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Atman Ahdiat
COPYRIGHT © ANTARA 2023